Makalah Konsep Dasar Psikososial
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa, Kami panjatkan atas terselesaikannya makalah ini dengan
judul “PSIKOSOSIAL” sebagai hasil penugasan mata ajaran KDM (Kebutuhan Dasar
Manusia) oleh dosen kepada Kami.
Dengan terselesaikannya
makalah ini kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua. Amin.
Makalah ini tidaklah
luput dari kekurangan, oleh karena itu kami memohon maaf atas segala kekurangan
tersebut dan kami harapkan saran dan kritik untuk perbaikan makalah ini.
Demikian dari kami,
atas perhatian kritik dan saran kami ucapkan terima kasih.
Banyumas, 18 September 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . 1
Daftar Isi . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
BAB I Pendahuluan . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . 3
A.
Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . 3
B.
Tujuan Masalah. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . 3
BAB II Pembahasan . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . 4
A.
Pengerttian Kebutuhan
Psikososial . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
B.
Status Emosi . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . 4
C.
Konsep Diri . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . 4-7
D.
Koping . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . 7-9
E.
Hubungan Sosial . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. 9-10
F.
Pentingnya Konsep Diri
Yang Sehat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10-11
G.
Konsep Dasar
Perkembangan Konsep Diri . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11-13
C.
Asuhan Keperawatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . 13
1. Pengkajian. . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .13-14
2.
Diagnosa Keperawatan dan Intervensi. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .14-16
BAB III Penutup . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . 17
I.
Kesimpulan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . 17
Daftar Pustaka. . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . 18
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk
biopsikososial yang unik dan menerapkan system terbuka serta saling
berinteraksi. Manusia selaulu berusaha untuk mempertahankan keseimbangan
hidupnya. Keseimbangan yang dipertahankan oleh setiap individu untuk dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungannya, keadaan ini disebut dengan sehat.
Sedangkan seseorang dikatakan sakit apabila gagal dalam mempertahankan
keseimbangan diri dan lingkungannya. Sebagai makhluk social, untuk mencapai
kepuasana dalam kehidupan, mereka harus membina hubungan interpersonal positif
(Mirzal Tawi, 2008).
Psikososial adalah
setiap perubahan dalam kehidupan individu, baik yang bersifat psikologik maupun
sosial yang mempunyai pengaruh timbal balik. masalah kejiwaan dan
kemasyarakatan yang mempunyai pengaruh timbal balik, sebagai akibat terjadinya
perubahan sosial dan atau gejolak sosial dalam masyarakat yang dapat
menimbulkan gangguan jiwa (Depkes, 2011).
Contoh masalah
psikososial antara lain: psikotik gelandangan dan pemasungan, penderita
gangguan jiwa, masalah anak: anak jalanan dan penganiayaan anak, masalah anak
remaja: tawuran dan kenakalan, penyalahgunaan narkotika dan psikotropika,
masalah seksual: penyimpangan seksual, pelecehan seksual dan eksploitasi
seksual, tindak kekerasan sosial, stress pasca trauma, pengungsi/ migrasi,
masalah usia lanjut yang terisolir, masalah kesehatan kerja: kesehatan jiwa di
tempat kerja, penurunan produktifitas dan stres di tempat kerja, dan lain-lain:
HIV/AIDS (Depkes, 2011).
B. Tujuan Masalah
1. Memahami konsep dasar Psikososial.
2. Memahami konsep dasar psikososial yang mencakup konsep diri,
stres dan adaptasi.
3. Mengetahui Asuhan Keperawatan
pada psikososial.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN PSIKOSOSIAL
Manusia adalah makhluk biopsikososial yang unik dan menerapkan system
terbuka serta saling berinteraksi. Manusia selaulu berusaha untuk
mempertahankan keseimbangan hidupnya. Keseimbangan yang dipertahankan oleh
setiap individu untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, keadaan ini
disebut dengan sehat. Sedangkan seseorang dikatakan sakit apabila gagal dalam
mempertahankan keseimbangan diri dan lingkungannya. Sebagai makhluk social,
untuk mencapai kepuasan dalam kehidupan, mereka harus membina hubungan
interpersonal positif .
B. STATUS EMOSI
Setiap individu
mempunyai kebutuhan emosi dasar, termasuk kebutuhan akan cinta, kepercayaan,
otonomi, identitas, harga diri, penghargaan dan rasa aman. Schultz (1966)
Merangkum kebutuhan tersebut sebagai kebutuhan interpersonal untuk inklusi,
control dan afeksi. Bila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, akibatnya dapt
berupa perasaan atau prilaku yang tidak diharapkan, seperti ansietas,
kemarahan, kesepian dan rasa tidak pasti.
C. KONSEP DIRI
Konsep diri adalah semua perasaan kepercayaan dan nilai yang diketahui
tentang dirinya dan memengaruhi individu dalam bersosialisasi dengan orang
lain. Konsep diri berkembang secara bertahap saat bayi molai mengenal dan
membedakan dirinya dengan orang lain.
Pembentukan konsep diri ini sangat dipengaruhi oleh asuhan orang tua dan
lingkungannya.
a. Komponen konsep diri
1) Citra diri
adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar.
Sikap ini mencakup presepsi dari pasangan tentang ukuran, bentuk, dan fungsi
penampilan tubuh saat ini dan masa lalu.
2) Ideal diri
Presepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku sesuai dengan
standar perilaku. Ideal diri akan mewujudkan cita-cita dan harapan pribadi.
3) Harga diri
Harga diri adalah penilaian terhadap hasil yang dicapai dengan analisis,
sejauh mana perilaku memenuhi ideal diri. Jika individu selalu sukses maka
cenderung harga dirinya akan tinggi dan jika mengalami kegagalan cenderung
harga diri menjadi rendah. Harga diperoleh dari diri sendiri dan orang lain.
4) Peran diri
Peran diri adalah pola sikap, perilaku nilai yang diharapkan dari seseorang
berdasarkan posisinya di masyarakat.
5) Identitas diri
Identitas diri adalah kesadaran akan dirinya sendiri yang bersumber dari
observasi dan penilaian yang merupakan sintesis dari semua aspek konsep diri
sebagai suatu kesatuan yang utuh.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri
1) Tingkat perkembangan dan kematangan
Perkembangan anak seperti perkembangan menta, perlakuan, dan pertumbuhan
anak akan mempengaruhi konsep dirinya.
2) Budaya
Pada usia anak-anak nilai-nilai akan diadopsi dari orang tuanya,
kelompoknya, dan lingkungannya. Orang tua yang bekerja seharian akan membawa
anak lebih dekat pada lingkungannya.
3) Sumber eksternal dan internal
Kekuatan dan perkembangan pada individu sangat berpengaruh terhadap konsep
diri. Pada sumber internal misalnya, orang yang humoris koping individunya
lebih efektif. Sumber eksternal misalnya adanya dukungan dari masyarakat dan ekonomi
yang kuat.
4) Pengamatan sukses dan gagal
Ada kecenderungan bahwa riwayat sukses akan meningkatkan konsep diri
demikian pula sebaliknya.
5) Sensor
Stresor dalam kehidupan misalnya perkawinan, pekerjaan baru, ujian dan
kekuatan. Jika koping individu tidak adekuat maka akan menimbulkan depresi,
menarik diri, dan kecemasan.
6) Usia, keadaaan sakit, dan trauma
Usia tua, keadaan sakit akan mempengaruhi persepsi dirinya.
c. Kriteria kepribadian yang sehat
1) Citra tubuh positif dan akurat
Kesadaran akan diri berdasar atas observasi mandiri dan perhatian yang
sesuai akan kesehatan diri. Termasuk presepsi saat ini dan masa lalu.
2) Ideal dan realitas
Individu mempunyai ideal diri yang realitas dan mempunyai tujuan hidup yang dapat dicapai.
3) Konsep diri yang positif
Konsep diri yang positif menunjukkan bahwa individu akan sesuai dalam
hidupnya.
4) Harga diri tinggi
Seseorang yang akan mempunyai harga diri tinggi akan memandang dirinya
sebagai seorang yang berarti dan bermanfaat. Ia memandang dirinya sama dengan
apa yang ia inginkan.
5) Kepuasan penampilan peran
Individu yang mempunyai kepribadian sehat akan dapat berhubungan dengan
orang lain secara intim dan mendapat kepuasan, dapat memercayai dan terbuka
pada orang lain serta membina hubungan interdependen.
6) Identitas jelas
individu merasakan keunikan dirinya yang memberiarahkehidupan dalam
mencapai tujuan
D. DEFINISI
COPING
Strategi coping
merupakan suatu upaya individu untuk menanggulagi stress yang menekan akibat
masalah yang dihadapinya dengan cara melakukan perubahan kognitif maupun
perilaku guna memperoleh rasa aman dalam dirinya sendiri.
Coping yang efektif
untuk dilaksanakan adalah coping yang membantu seseorang untuk mentoleransi dan
menerima situasi menekan dan tidak merisaukan tekanan yang tidak dapat
dikuasainya (lazarus dan folkman).
JENIS-JENIS KOPING YANG
KONSTRUKTIF/SEHAT
KOPING
KONSTRUKTIF/MERUSAK :
1.Penalaran (Reasoning)
Yaitu penggunaan kemampuan kognitif untuk mengeksplorasi berbagai macam
alternatif pemecahan masalah dan kemudian memilih salah satu alternatif yang
dianggap paling menguntungkan.
2. Objektifitas
Yaitu kemampuan untuk membedakan antara komponen-komponen emosional dan
logis dalam pemikiran, penalaran maupun tingkah laku. Kemampuan ini juga
meliputi kemampuan untuk membedakan antara pikiran-pikiran yang berhubungan
dengan persoalan yang tidak berkaitan.
3. Konsentrasi
Yaitu kemampuan untuk memusatkan perhatian secara penuh pada persoalan yang
sedang dihadapi. Konsentrasi memungkinkan individu untuk terhindar dari
pikiran-pikiran yang mengganggu ketika berusaha untuk memecahkan persoalan yang
sedang dihadapi.
4. Humor
Yaitu kemampuan untuk melihat segi yang lucu dari persoalan yang sedang
dihadapi, sehingga perspektif persoalan tersebut menjadi lebih luas, terang dan
tidak dirasa sebagai menekan lagi ketika dihadapi dengan humor.
5. Supresi
Yaitu kemampuan untuk menekan reaksi yang mendadak terhadap situasi yang
ada sehingga memberikan cukup waktu untuk lebih menyadari dan memberikan reaksi
yang lebih konstruktif.
6. Toleransi terhadap
Kedwiartian atau Ambiguitas
Yaitu kemampuan untuk memahami bahwa banyak hal dalam kehidupan yang
bersifat tidak jelas dan oleh karenanya perlu memberikan ruang bagi ketidak
jelasan tersebut.
7. Empati
Yaitu kemampuan untuk
melihat sesuatu dari pandangan orang lain. Empati juga mencakup kemampuan untuk
menghayati dan merasakan apa yang dihayati dan dirasakan oleh orang lain.
KOPING POSITIF ( SEHAT)
1. Antisipasi
Antisipasi berkaitan
dengan kesiapan mental individu untuk menerima suatu perangsang. Ketika
individu berhadap dengan konflik-konflik emosional atau pemicu stres baik dari
dalam maupun dari luar, dia mampu mengantisipasi akibat-akibat dari konflik
atau stres tersebut dengan cara menyediakan alternatif respon atau solusi yang
paling sesuai.
2. Afiliasi
Afiliasi berhubungan
dengan kebutuhan untuk berhubungan atau bersatu dengan orang lain dan
bersahabat dengan mereka. Afiliasi membantu individu pada saat menghadapi
konflik baik dari dalam dan luar, dia mampu mencari sumber- sumber dari orang
lain untuk mendapatkan dukungan dan pertolongan.
3. Altruisme
Altruisme merupakan
salah satu bentuk koping dengan cara mementingkan kepentingan orang lain.
Konflik-konflik yang memicu timbulnya stres baik dari dalam maupun dari luar
diri dialihkan dengan melakukan pengabdian pada kebutuhan orang lain.
4. Penegasan diri (self
assertion)
Individu berhadapan
dengan konflik emosional yang menjadi pemicu stres dengan cara mengekspresikan
perasaan-perasaan dan pikiran-pikirannya secara lengsung tetapi dengan cara
yang tidak memaksa atau memanipulasi orang lain.
5. Pengamatan diri (Self
observation)
Pengamatan diri sejajar
dengan introspeksi, yaitu individu melakukan pengujian secara objektif
proses-proses kesadaran diri atau mengadakan pengamatan terhadap tingkah laku,
motif, ciri, sifat sendiri, dan seterusnya untuk mendapatkan pemahaman mengenai
diri sendiri yang semakin mendalam.
E. HUBUNGAN SOSIAL
Hubungan sosial dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu proses yang asosiatif dan disosiatif. Hubungan sosial asosiatif merupakan
hubungan yang bersifat positif, artinya hubungan ini dapat mempererat atau
memperkuat jalinan atau solidaritas kelompok. Adapun hubungan sosial disosiatif
merupakan hubungan yang bersifat negatif, artinya hubungan ini dapat
merenggangkan atau menggoyahkan jalinan atau solidaritas kelompok yang telah
terbangun.
Hubungan
sosial asosiatif adalah proses interaksi yang cenderung menjalin kesatuan dan
meningkatkan solidaritas anggota kelompok. Hubungan sosial asosiatif memiliki
bentuk-bentuk berikut ini.
a. Kerja sama
b. Akomodasi; dapat
diartikan sebagai suatu keadaan atau sebagai suatu proses. Sebagai keadaan,
akomodasi adalah suatu bentuk keseimbangan dalam interaksi antarindividu atau
kelompok manusia dalam kaitannya dengan norma sosial dan nilai sosial yang
berlaku. n masalah yang terjadi dapat dilakukan.
c. Asimilasi; adalah proses
sosial yang timbul apabila ada kelompok masyarakat dengan latar belakang
kebudayaan yang berbeda, saling bergaul secara interaktif dalam jangka waktu
lama.
d. Akulturasi; adalah suatu keadaan diterimanya unsur-unsur
budaya asing ke dalam kebudayaan sendiri.
2. Bentuk-Bentuk Hubungan Disosiatif
a. Persaingan; adalah suatu proses sosial yang dilakukan
oleh individu atau kelompok dalam usahanya mencapai keuntungan tertentu tanpa
adanya ancaman atau kekerasan dari para pelaku.
b. Kontravensi;
merupakan suatu bentuk proses sosial yang berada di antara persaingan dengan
pertentangan atau pertikaian. Kontravensi adalah sikap mental yang tersembunyi
terhadap orang atau unsur-unsur budaya kelompok lain.
c. Pertentangan/Perselisihan; adalah
suatu proses sosial di mana individu atau kelompok menantang pihak lawan dengan
ancaman dan atau kekerasan untuk mencapai suatu tujuan.
F. KONSEP DIRI REMAJA YANG SEHAT.
Menurut Lautel dan
Klatell tahun 1991, Konsep diri mempengaruhi kesehatan mental dan bahkan
perkembangan kepribadian remaja. Untuk membina konsep diri yang sehat
(positif), remaja perlu menilai diri sendiri.
Candles pada tahun 1972
mengemukakan bahwa ramaja yang memiliki penilaian diri sendiri, menapakkan
hidup bahagia karena dapat menerima keberadaan dirinya sendiri sebagaimana
adanya. Mereka dapat menyadari bahwa mereka bukanlah individu yang sempurna,
dan dapat menerima kegagalan dan memahami kegagalan tersebut sebagai jalan
untuk sukses, bukan sebagi kebodohan.
Mc Candles mengemukakan
konsep diri remaja sebagai berikut :
1. Tepat dan sama.
Konsep Diri remaja
tepat dan sama dengan kenyataan pada diri remaja tersebut, contohnya adalah
remaja merasa dirinya mampu berprestasi di sekolah, kenyataannya memang dia
berpretasi di sekolah, atau seorang remaja laki-laki mampu memerankan diri
dengan baik dalam penampilan dan tugas serta tanggung jawabnya sebagai seorang
lelaki.
2.
Fleksibel.
Konsep Diri remaja yang
sehat ditandai oleh fleksibel atau keluwesan remaja dalam menjalankan peran
dalam masyarakat. Contohnya sebagai siswa di sekolah tugasnya adalah belajar,
sedangkan dirumah tugasnya sebagai seorang kakak mengasuh adik dan membantu
keluarga. Remaja ini mudah berubah pendapat, sulit dipercaya dan tidak tegas
dalam menentukan jalan hidupnya.
3.
Kontrol diri.
Konsep diri remaja yang
sehat mampu mengatur hidupnya sendiri sesuai standar tingkah laku dirinya
sendiri, bukan di atur oleh orang lain. Remaja ini mudah menyesuaikan diri dengan
standar tingkah laku yang dituntut lingkungan, mudah memotivasi diri untuk
mencapai tujuan hidup.
G.
KONSEP DASAR
PERKEMBANGAN KONSEP DIRI
Menurut E.B. Hurlock (dalam Elida Prayitno, 1990)
faktor perkambangan-perkembangan konsep diri remaja yaitu bentuk tubuh, cacat
tubuh, pakaian, nama dan julukan, inteligensi kecerdasan, taraf
aspirasi/cita-cita emosi, jenis atau gengsi sekolah, status sosial, ekonomi
keluarga, teman-teman dan tokoh atau orang yang berpengaruh.
Apabila
berbagai faktor itu cenderung menimbulkan perasaan positif (bangga, senang),
maka muncul lah konsep diri yang positif. Pada masa kanak-kanak, seseorang
biasanya cenderung menganggap benar apa saja yang dikatakan oleh orang lain.
Jika seorang anak merasa diterima, dihargai, dicintai, maka anak itu akan
menerima, manghargai, dan mencintai dirinya (konsep diri positif). Sebaliknya,
jika seseorang yang berpengaruh disekelilingnya (orang tua, guru, orang dewasa
lainnya, atau teman-temannya) ternyata meremehkan, merendahkannya,
mempermalukan, dan menolaknya, maka pengalaman itu akan disikapi dengan negatif
(memunculkan konsep diri negatif).
Remaja memiliki cita-cita yang tidak realistis akan mengalami kegagalan. Hal
ini mengakibatkan remaja memiliki perasaan tidak mampu dan menyalahkan
lingkungan diluar dirinya. Sebaliknya remaja memiliki cita-cita realistis, akan
memperoleh penghasilan dan ini akan menimbulkan kepercayaan yang akan
memberikan konsep diri yang baik.
Teman sebaya mempengaruhi konsep diri remaja dengan
dua cara. Pertama, konsep diri remaja
merupakan cerminan bagaimana teman-temannya menilai dirinya. Kedua, remaja
berada dalam tekanan untuk mengembangkan ciri-ciri kepribadian yang diakui oleh
kelompoknya. Usaha Guru Untuk Mengembangkan
Konsep Diri
Menuru Mudjiran 2007, usaha guru untuk mengembangkan
konsep diri pada siswa nya yaitu:
1.
Memberikan
penguatan dan menciptakan situasi belajar yang memberi kesempatan bagi siswa
memperoleh penguatan.
2.
Memberi
sokongan dan menciptakan situasi yang menyebabkan keputusan atau kegiatan siswa
tersokong dan di setujui.
3.
Selalu
berfikir positif tentang penampilan, prestasi belajar dan permasalahan siswa.
4.
Menciptakan
situasi yang memungkinkan siswa merasa sukses melalui pengalaman belajar yang
sukses yaitu belajar dengan siswa aktif.
5.
Menghargai
usaha siswa melebihi hasil, bukan memberikan penghargaan dari apa yang bukan
hasil usaha mereka.
6.
Berusaha
mengembangkan bakat dan keterampilan para siswa, sehingga mereka merasa berguna
dan berarti.
7.
Suka
menyokong dan memberikan penghargaan bukan mencela dan menyalahkan.
8.
Tidak suka
bahkan tidak ingin memberikan penilaian sebelum siswanya memahami dan menguasai
berbagai konsep yang di ajarkan. Hubungan sosial guru dan siswa yang hangat
bukan mengkritik, mencela atau menghukum.
9.
Lingkungan
sekolah membuat program-program penampilan fisik untuk remaja pria dan wanita.
10. Lingkunga sekolah yang menimbulkan perasaan sukses
dalam diri setiap siswa dengan berbagai cara.
11. Berfikir positif dalam menilai menapilkan fisik dan
psikis siswa.
H. ASUHAN
KEPERAWATAN
Asuhan keperawatan pada
klien dengan gangguan psikososial menurut Tarwoto, 2003 adalah sebagai berikut:
1.
Pengkajian
Pengkajian pada klien
dengan gangguan psikososial adalah:
a.
Status emosional
1)
Apakah emosi sesuai perilaku?
2)
Apakah klien dapat mengendalikan emosi?
3)
Bagaimana perasaan klien yang tampil seperti biasanya?
4)
Apakah perasaan hati sekarang merupakan ciri khas klien?
5)
Apa yang klien lakukan jika marah atau sedih?
b.
Konsep diri
1)
Bagaimana klien menilai dirinya sebagai manusia?
2)
Bagaimana orang lain menilai diri klien?
3)
Apakan klien suka akan dirinya?
c.
Cara komunikasi
1)
Apakah klien mudah merespon?
2)
Apakah spontanitas atau hanya jika ditanya?
3)
Bagaimana perilaku non verbal klien dalam berkomunikasi?
4)
Apakah klien menolak untuk memberi respons?
d.
Pola interaksi
1)
Kepada siapa klien mau berinterkasi?
2)
Siapa yang paling penting atau berpengaruh bagi klien?
3)
Bagaimana sifat asli klien: mendominasi atau positif?
e.
Pendidikan dan pekerjaan
1)
Pendidikan terakhir
2)
Keterampilan yang mampu dilakukan
3)
Pekerjaan klien
4)
Status keuangan
f.
Hubungan sosial
1)
Teman dekat klien
2)
Bagaimana klien menggunakan waktu luang?
3)
Apakah klien berkecimpung dalam kelompok masyarakat?
g.
Faktor kultur sosial
1)
Apakah agama dan kebudayaan klien?
2)
Bagaimana tingkat pemahaman klien tentang agama?
3) Apakah bahasa klien memadai
untuk berkomunikasi dengan orang lain?
h.
Pola hidup
1)
Dimana tempat tinggal klien?
2)
Bagaimana tempat tinggal klien?
3)
Dengan siapa klien tinggal?
4)
Apa yang klien lakukan untuk meyenangkan diri?
i.
Keluarga
1)
Apakah klien sudah menikah?
2)
Apakah klien sudah mempunyai anak?
3)
Bagaimana status kesehatan klien dan keluarga?
4)
Masalah apa yang terutama dalam keluarga?
5)
Bagaimana tingkat kecemasaan klien?
2.
Diagnosa
Diagnosa keperawatan
pada klien menurut Tarwoto tahun 2003 adalah sebagai berikut:
a.
Gangguan konsep diri: Harga Diri Rendah b.d kesehatan.
b.
Gangguan konsep diri: Body Image b.d hilangnya bagian tubuh.
c.
Gangguan konsep diri: Perubahan
Peran b.d kesehatan.
d.
Gangguan konsep diri: Identitas
Diri b.d kesehatan.
3.
Intervensi
Intervensi pada klien
menurut Tarwoto tahun 2003 adalah:
a.
Gangguan konsep diri: Harga Diri Rendah b.d kesehatan.
Tujuan:
Klien menunjukkan harga diri yang
positif.
Kriteria
Hasil:
1)
Klien tidak merasa malu dengan kondisinya.
2)
Klien merasa percaya diri.
3)
Klien mau berinteraksi dengan orang lain.
Intervensi:
1)
Bina hubungan saling percaya dan menjelaskan semua prosedur dan tujuan dengan
singkat dan jelas.
2)
Kaji penyebab gangguan harga diri rendah.
3)
Berikan dukungan emosi untuk klien/orang terdekat selama tes diagnostik.
4)
Sampaikan hal-hal positif secara mutlak.
5)
Gunakan sentuhan tangan jika diterima.
6)
Libatkan keluarga dan orang terdekat untuk memberikan support.
7)
Berikan reinforcement yang positif.
b.
Gangguan konsep diri: Body Image b.d hilangnya bagian tubuh.
Tujuan:
Gambaran diri klien positif.
Kriteria
Hasil:
1)
Klien menyukai anggota tubuhnya.
2)
Klien tidak merasa malu.
3)
Klien mau berinteraksi dengan orang lain.
Intervensi: .
1)
Binalah hubungan saling percaya.
2)
Kajilah penyebab gangguan body image.
3)
Kajilah kemampuan yang dimiliki klien.
4)
Eksplorasi aktivitas baru yang dapat dilakukan.
5)
Berikan dukungan yang positif dan dukungan emosi.
6)
Gunakan sentuhan tangan jika diterima.
c.
Gangguan konsep diri: Perubahan Peran b.d kesehatan.
Tujuan:
Klien dapat melakukan perannya.
Kriteria
Hasil:
1)
Klien tidak merasa malu dengan kondisinya.
2)
Klien merasa percaya diri.
3)
Klien mau berinteraksi dengan orang lain.
Intervensi:
1)
Bina hubungan saling
percaya dan menjelaskan semua prosedur dan tujuan dengan singkat dan jelas.
2)
Kaji penyebab perubahan peran.
3)
Berikan dukungan emosi untuk klien/orang terdekat
selama tes diagnostik.
4)
Sampaikan hal-hal positif secara mutlak.
5)
Gunakan sentuhan tangan jika diterima.
6)
Libatkan keluarga dan orang terdekat untuk
memberikan support.
7)
Berikan reinforcement yang positif.
d.
Gangguan konsep diri: Identitas Diri b.d kesehatan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Konsep diri adalah
semua perasaan kepercayaan dan nilai yang diketahui tentang dirinya dan
memengaruhi individu dalam bersosialisasi dengan orang lain. Konsep diri
berkembang secara bertahap saat bayi molai mengenal dan membedakan dirinya
dengan orang lain.
Stress merupakan bagian
dari kehidupan yang mempunyai efek positif dan negatif yang disebabkan karena
perubahan lingkungan.
Perubahan dari suatu
keadaan dari respons akibat stressor disebut adaptasi. Adaptasi sesungguhnya terjadi apabila adanya keseimbangan
antara lingkungan internal dan eksternal. Contoh adaptasi misalnya: optimalnya
semua fungsi tubuh, pertumbuhan normal, normalnya reaksi antara fisik dan
emosi, kemampuan menolerir perubahan situasi.
DAFTAR PUSTAKA
sama yang aku cari makasih yaa kak ^.^