Kaledo Khas Sulawesi Tengah Warnai Idul Adha

detail berita
Kaledo biasa disajikan saat Idul Adha di Sulawesi Tengah (Foto:Itravellers)
SETIAP daerah di Indonesia memiliki menu khas pada perayaan Idul Adha. Jika Anda hanya tahu gulai kambing, sate kambing, dan rendang sebagai menu populer Idul Adha, maka di Sulawesi Tengah, kaledo menjadi menu favorit.

Sama halnya dengan makanan khas Idul Adha lainnya berbahan daging sapi atau kambing, kaledo juga memanfaatkan bagian dari daging sapi yakni kaki sapi. Kaki sapi disajikan dengan kuah kuning bening dengan rasa asem, gurih, dan pedas. Menu ini disajikan dengan taburan bawang goreng renyah, sambal, dan jeruk nipis untuk menambah rasa kuah semakin asam.

Rasa asam khas pada kaledo didapat dari penggunaan asam Jawa yang masih muda. Kulit asam Jawa kemudian digerus bersama daging asam untuk mendapatkan konsentrat asam yang segar. Jika asam Jawa yang digunakan tua, maka kuah kaledo akan berwarna kuning dan rasanya cenderung lebih manis.

Makanan ini disajikan dengan burasa atau disebut juga buras yakni beras yang dimasak dengan santan. Proses memasaknya mirip lontong hanya saja rasanya lebih gurih dan bentuknya pipih karena setelah dibungkus daun pisang, 2 atau 3 bungkus buras diikat tali lalu dimasak hingga 6-8 jam. Selain burasa, kaledo juga biasa disantap dengan nasi putih, singkong, atau jagung rebus.

Jika Anda pernah memakan sop sumsum, mungkin Anda tidak heran jika penyajian kaledo biasanya dengan garpu, pisau, sumpit, bahkan sedotan untuk mengeluarkan sumsum dari rongga-rongga tulang kaki sapi. Jika tidak tersedia alat makan tersebut, maka gunakan tangan untuk memegang kaki sapi dan langsung ‘slurp’ (sedot) sumsum gurihnya. Cara ini juga menghindari baju Anda kecipratan kuah kaledo.

Ada cerita unik yang mewarnai terciptanya kaledo meskipun kebenarannya masih simpang siur. Konon, di salah satu wilayah di Sulawesi Tengah seorang dermawan tengah membagi-bagikan potongan sapi kepada penduduk sekitar, layaknya berkurban pada Idul Adha.

Bagian daging diberikan kepada orang Jawa karena pertama datang dan mengolahnya menjadi bakso, sedangkan orang selanjutnya yang datang adalah orang Makassar mendapatkan jeroan dan mengolahnya menjadi coto Makassar. Terakhir, orang Kaili, suku asli Donggala-Sulawesi Tengah hanya mendapatkan tulang-tulang kaki dan mengolahnya menjadi kaledo.

Dikutip dari berbagai sumber. (mty) (ftr

0 Response to " Kaledo Khas Sulawesi Tengah Warnai Idul Adha "

Posting Komentar

Powered by Blogger