Teknik Komunikasi Keperawatan pada Gangguan Penglihatan



KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke-hadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan tugas makalah komunikasi dalam keperawatan ini.Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yaitu Lindesi Yanti,Spd,S.kep,M.kes yang telah membimbing kami dalam mata kuliah Komunikasi dalam keperawatan ini.
Dalam penyelesaian makalah ini,kami banyak mengalami kesulitan,terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang.Namun berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak,akhirnya makalah ini ini dapat terselesaikan dengan cukup baik.
Semoga makalah  ini  bermanfaat bagi kita,oleh karena itu kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif.
Palembang,    April 2012
Penyusun










DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar…………………………………………………………………………….. i
Daftar Isi……………………………………………………………………………………. ii
BAB I
Pendahuluan………….......……………………………………………………………. … 3
1.1  Latar belakang…………………………………………………………………..…….. 3
1.2  Tujuan……………………………………………………………………………. …….. 4
BAB II
Pembahasan…………………………………………………………………………… …….. 5
2.1 Pancaindera mata dan penglihatan……………………………………….........…….. 5
2.2 Gangguan indera penglihatan sebagai penerima  pesan………………………………………………………. 14
2.3 Tehnik – Tehnik  Berkomunikasi Terapeutik  Pada Pasien Gangguan Penglihatan…………………………………………………….. …….. 14
2.4 Syarat – Syarat Yang Harus Dimiliki Perawat Berkomunikasi Dengan Pasien Gangguan Penglihatan……………………………… …….. 16
BAB III
Penutup…………………………………………………………………………………. 20
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………
3.2 Saran………………………………………………………………………….. …….. 20
Daftar Pustaka


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Komunikasi Terapeutik adalah suatu pengalaman bersama antara perawat dengan pasien yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah pasien. Komunikasi ini juga termasuk komunikasi interpersonal yaitu komunikasi antara orang – orang secara tatap muka yang membuat setiap peserta menagkap reasinya secara langsung baik verbal maupun non verbal.
Sedangkan menurut As Hornby (1974) terapeutik merupakan kata sifat yang dihubungkan dengan seni dari penyembuhan. Mampu terapeutik bearti seseorang mampu melakukan atau mengkomunikasikan perkataan, perbuatan, atau ekspresi yang memfasilitasi proses penyembuhan.
Faktor Mendasar Komunikasi Terapeutik
a)    Harus memahami sebenar – benarnya tentang siapa dirinya.
b)    Harus ada empati.
c)    Orang yang dibantu harus merasa bebas untuk mengeluarkan segala sesuatu yang dalam dirinya tersebut.
Tehnik Komunikasi Terapeutik
Tiap klien tidak sama oleh karena itu diperlukan tehnik berkomunikasi yang berbeda pula. Tehnik ini ada banyak cara dengan :
1)    Mendengar Aktif
2)    Mendengar Pasif
3)    Penerimaan
4)    Fokusing
5)    Observasi
6)    Menawarkan Informasi
7)    Diam
8)    Asertive
9)    Memberi Pengakuan/ Penghargaan
10)  Klarifikasi
1.2    Tujuan Komunikasi Terapeutik
  1. Membantu pasien untuk mengurangi beban perasaan, pikiran dan mengambil tindakan untuk mengubah situasi.
  2. Mengurangi keraguan, membantu mengambil tindakan yang efektif.
  3. Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan diri sendiri dalam rangka peningkatan derajat kesehatan.
  4. Memperat hubungan antara perawat dengan pasien.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Pancaindera Mata dan Penglihatan
Pada dasarnya gangguan sensoris bisa dibagi menjadi :
a)     Gangguan pada Pusat Nervous yang terkait dengan fungsi sensoris dalam komunikasi :
  • Brocca/ Brodmann’s area : Pusat pendengaran.
  • Girus Angularis : Memproses kata – kata diubah dalam bentuk audisi.
  • Area Werniecke : Pengolah secara komprehensip audio visual.
b)    Gangguan pada Nervous cranial yang terkait dengan fungsi komunikasi sensoris.
c)     Gangguan sensori persepsi : Misalnya pada klien dengan hullusinasi/ illusi.
d)    Klien dengan penurunan kesadaran.
e)     Klien Autis, Klien Mental retardate.
2.2    Gangguan Indera Penglihatan Sebagai Penerima Pesan
Kemampuan individu untuk melihat dimungkinkan oleh sistem organ yang disebut mata. Sistem ini terdiri atas organ – organ yang menerima dan memfokuskan cahaya yang masuk kedalam mata, sel – sel reseptor penglihatan. Gangguan penlihatan dapat terjadi baik karena kerusakan organ,misal: kornea,lensa mata,kekeruhan humor viterus, maupu kerusakan kornea, serta kerusakan saraf penghantar impuls menuju otak.kerusakan ditingkat persepsi antara lain dialami klien dengan kerusakan otak. Semua ini mengakibatkan penurunan visus hingga dapat menyebabkan kebutaan,baik persial maupun total. Akibat kerusakan visual,kemampuan menangkap rangsang ketika berkomunikasi sangat tergantung pada pendengaran dan sentuhan. Oleh karena itu,komunikasi yang dilakukan harus mengoptimal fungsi pendengaran dan sentuhan karena fungsi penglihatan sedapat mungkin harus digantikan oleh informasi yang dapat ditrasfer melalui indra yang lain. Sebagai contoh,ketika melakukan orientasi ruang perawat secara lisan misalnya dengan menerangkan letak meja kursi,menerangkan beberapa langkah posisi tempat tidur dari pintu,letak kamar mandi dan sebagaiannya.
2.3   Tehnik – Tehnik  Berkomunikasi Terapeutik  Pada Pasien Gangguan Penglihatan
Berikut adalah teknik-teknik yang perlu diperhatikan selama berkomunikasi dengan klien yang mengalami gangguan penglihatan :
  1. Sedapat mungkin ambil posisi yang dapat dilihat klien bila ia mengalami kebutaan persial atau sampaikan secara verbal keberadaan / kehadiran perawat ketika anda berada didekatnya.
  2. Indentifikasi diri anda dengan menyebut nama (dan peran) anda.
  3. Berbicara menggunakan nada suara normal karena kondisi klien tidak memungkinkan menerima pesan verbal secara visual .Nada suara anda memegang peranan besar dan bermakna bagi klien.
  4. Terangkan alasan anda menyentuh atau mengucapkan kata-kata sebelum melakukan sentuhan pada klien.
  5. Informasikan kepada klien ketika anda akan meniggalkannya / memutus komunikasi
  6. Orientasikan klien dengan suara-suara yang terdengar disekitarnya.
  7. Orientasikan klien pada lingkungan bila klien dipindah kelingkungan/ruangan yang baru.
Agar komunikasi dengan orang dengan gangguan sensori penglihatan dapat berjalan Lancar dan mencapai sasarannya , maka perlu juga diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1)    Dalam berkomunikasi pertimbangan isi dan mata nada suara
2)    Periksa lingkungan fisik
3)    Perlu adanya ide yang jelas sebelum berkomunikasi
4)    Berkomunikasikan pesan secara singkat
5)    Komunikasikan hal-hal yang berharga saja
6)    Dalam merencanakan komunikas,berkonsultasilah dengan pihak lain agar memperoleh dukungan.
2.4   Syarat – Syarat Yang Harus Dimiliki Perawat Berkomunikasi Dengan Pasien Gangguan Penglihatan
Dalam melakukan komunikasin terapeutik dengan pasien dengan gangguan sensori penglihatan,perawat dituntut untuk menjadi komunikator yang baik sehingga terjalin hubungan terapeutik yang efektif antara perawat dan klien,untuk itu syarat yang harus dimilki oleh perawat dalam berkomunikasi dengan pasien dngan gangguan sensori penglihatan adalah :
1)    Adanya kesiapan artinya pesan atsun informasi, cara penyampaian dan salurannya harus dipersiapkan terlebih dahulu secara matang.
2)    Kesungguhan artinya apapun wujud dari pesan atau informasi tersebut tetap harus disampaikan secara sungguh-sungguh atau serius.
3)    Ketulusan artinya sebelum individu memberikan informasi atau pesan kepada individu lain pemberi informasi harus merasa yakin bahwa apa yang disampaikan itu merupakan sesuatu yang baik dan memang perlu serta berguna untuk pasien
4)    Kepercayaan diri artinya jika perawat mempunyai kepercayaan diri maka hal ini akan sangat berpengaruh pada cara penyampaiannya kepada pasien.
5)    Ketenangan artinya sebaik apapun dan sejak apapun yang akan disampaikan,perawat harus bersifat tenang,tidak emosi maupun memancing emosi pasien,karena dengan adanya ketenangan maka informasi akan lebih jelas baik dan lancar.
6)    Keramahan artinya bahwa keramahan ini merupakan kunci sukses dari kegiatan komunikasi,karena dengan keramahan yang tulus tanpa dibuat-buat akan menimbulkan perasaan tenang,senang dan aman bagi penerima
7)    Kesederhanaan artinya didalam penyampaian informasi,sebaiknya dibuat sederhana baik bahasa, pengungkapan dan penyampaiannya.Meskipun informasi itu panjang dan rumit akan tetapi kalau dberikan secara sederhana berurutan dan jelas maka akan memberikan kejelasan secara sederhana berurutan dan jelas maka akan memberikan kejelasan informasi dengan baik.







BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kemampuan menerapkan teknik komunikasi terapeutik memerlukan latihan dan kepekaan serta ketajaman perasaan,karena komunikasi terjadi tidak dalam kemampuan tetapi dalam dimensi nilai,waktu dan ruang yang turut mempengaruhi keberasilan komunikasi yang terlihat melalui dampak terapeutik bagi klien dan juga kepuasan bagi perawat.Komunikasi juga akan memberikan dampak terapeutik bila dalam penggunannya diperhatikan sikap dan teknik komunikasi terapeutik.Hal lain yang cukup penting dperhatikan adalah dimensi hubungan.Dimensi ini merupakan faktor penunjung yang sangat berpengaruh dalam mengembangkan kemampuan berhubungan terapeutik.Jika kondisi-kondisi seperti di pembahasan dapat diwujudkan dengan baik dan persyaratan-persyaratan juga dipenuhi,maka komunikasi dengan orang yang mempunyai gangguan sensori penglihatan akan terjadi dengan baik.Jika diterapkan dalam dunia kedokteran atau keperawatan maka pasien dengan gangguan sensri penglihatan akan merasa puas tidak ada keluhan dan memberikan persahabatan serta penyembuhan lebih cepat,disamping itu tenaga medis dan paramedis akan merasa puas karena dapat memberikan pelayanan yang baik dan penyembuhan.
3.2 Saran
Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi semua pihak dan juga saya meminta maaf bila ada  kata-kata yang salah atau kekeliruan penulisan dalam mengerjakan makalah ini dan saya ucapkan terima kasih.

INFEKSI pada DIABETES MELLITUS



ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.W
DENGAN ULKUS DIABETES MELLITUS GRADE II DI RUANG G
RSUP DR. SOERAJI TIRTONEGORO KLATEN


I.    Identitas Diri Klien
Nama                           :     Ny W
Umur                           :    65 tahun
Jenis kelamin               :    Perempuan
Alamat                        :    Prayan, Jetis, Karang nongko
Pendidikan                  :    SD
Pekerjaan                     :    Petani
Lama bekerja               :    20 tahuh
Status Perkawinan     :    Kawin
Agama                         :     Islam
Suku                            :    Jawa
Tanggal masuk RS     :    23 Maret 2005
Tanggal Pengkajian     :    28 Maret 2005
Sumber Informasi       :    Klien, Keluarga, Medical Record

II. Riwayat Penyakit
1.    Keluhan Utama Saat Masuk Rumah Sakit
Luka di tumit kaki kiri dan terasa nyeri skala 5-6.
2.    Riwayat Penyakit Sekarang
Satu bulan sebelum masuk rumah sakit klien kena luka di tumit kaki kiri, namun klien tidak  mengetahui  penyebabnya. Mulai saat itu klien lebih berhati-hati dan pelan-pelan saat berjalan.
2 minggu sebelum masuk rumah sakit keluhan dirasa semakin bertambah, luka pada tumit menjadi membengkak diperiksakan ke dokter praktek dan hanya diberikan obat oral.
1 minggu sebelum masuk rumah sakit keluhan luka pada tumit kaki klien makin bertambah, luka makin membenkak dan oleh cucunya luka tersebut di buka atau diiris keluar pusnya banyak. Klien hanya istirahat di rumah dan akhirnya karena merasa tidak kuat dan tidak bisa mengobati luka tersebut maka oleh keuarganya klien dibawa ke rumah sakit.
Hari masuk rumah sakit, keluhan luka tumit, kemudian dilakukan perawatan luka .
3.    Riwayat Penyakit Dahulu
Klien menderita tekanan darah tinggi sudah sejak 10 tahun yang lalu. Klien terdeteksi diabetes mellitus saat menjalani perawatan di rumah sakit ini. Klien belum pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya.
4.    Diagnosa Medik Saat Masuk Rumah Sakit:
-    Ulkus Diabetes mellitus Grade II
-    DM2NO
Pemeriksaan Penunjang
Hasil pemeriksaan laboratorium:
Tanggal 23 Maret 2005
    Normal
ALT     :    16,4    (10 – 40)
AST    :    14,8    (10 – 42)
BUN    :    22,1    (7 – 18)
Creatinin    :    1,22    (0,6 – 1,3)
Glukosa     :    515, 9 mg/dl    (80 – 120)
Ureum    :    47,29    (20 – 40)

RBC    :    3,81106/μl    (3,7-6,5)
HGB    :    10,1 9/dl    (12-18)
HCT    :    31,6 %    (47-75)
MCV    :    82,9 Fl    (80-99)
MCH    :    26,5 Fl    (27-31)
PLT    :    386 103/μl    (150-450)
RDW    :    42,2 Fl    (35-47)
PDW    :    9,9 Fl    (9-13)
MPV    :    8,4 Fl    (7,2-11,1)

Differential
MXD    :    6,2 %    (0-8)
Neut    :    87,3 %    (40-74)
Lym#    :    1,6 103/μl    (1-3,7)
MXD#    :    1,6 103/μl    (0-1,2)
Neut#    :    21,9103/μl    (1,5-7)

Interpretasi:
-    glukosa = 515, 9 mg/dl ; Hiperglikemi
-    WBC = 25,1 103/μl ; Leukositosis
-    HGB    =    10,1 9/dl
-    HCT    =    31,6 %

Tindakan yang telah dilakukan
-    Diit DM IV (1700 kalori)
-    USG : cista ovarium
-    Rongent : tidak ada osteomyelitis
-    EKG : ST elevasi
-    Infus NaCl 30 tetes per menit
-    Injeksi Reguler Insulin 3  X 12 iU
-    Rawat luka dan nekrotomi   
-    Metronidazol : 3 X 500 gr
-    Captopril : 2 X 12,5 mg
-    Ceftriaxon : 2 X 1 gr

III.Pengkajian Saat Ini
1.    Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Klien dan keluarga belum mengetahui penyakit diabetes mellitus yang diderita klien, karena klien dan keluarga hanya mengetahui kalau klien tersebut dirawat di rumah sakit hanya karena adanya luka ulkus di tumit tersebut. Untuk pemerliharaan kesehatan klien selalu memeriksakan diri ke dokter atau mantri praktek di sekitar rumahnya.
2.    Pola Nutrisi / metabolik
Program diit RS: DM IV (1700 kalori)
Intake makanan    :    sebelum sakit klien makan 3 kali sehari, dengan sayur dan lauk. Klien mempunyai pantangan makanan yaitu daging kambing. Saat sakit / dirawat di rumah sakit klien hanya menghabiskan rata-rata ¼ porsi pemberian. Menurut klien BB turun dari biasanya, BB tidak terkaji.
Intake cairan    :    sebelum sakit klien minum 6 – 7 gelas sehari, minuman pantangan kopi. Saat di rumah sakit ini klien mendapat cairan infus 1000 ml sehari  dan minum air putih 3 – 4 gelas sehari .

3.    Pola Eliminasi
a.    Buang air besar
Sebelum sakit: sekali per dua atau  tiga hari. Dan saat sakit di rumah sakit klien sekali per dua atau  tiga hari, dengan konsistensi padat, warna kuning.
b.    Buang air kecil
Sebelum sakit klien BAK 7 – 8 kali sehari. Dan selama di rumah sakit klien terpasang dower cateter mulai tanggal 23 Maret 2005. Dalam satu hari ±  800 CC warna kuning pekat.
4.    Pola Aktivitas dan Latihan
Kemampuan Perawatan Diri    0    1    2    3    4
Makan / Minum           
ü       
Mandi           
ü       
Toileting               
ü   
Berpakaian           
ü       
Mobilitas di Tempat Tidur           
ü       
Berpindah           
ü       
Ambulasi / ROM           
ü       
0 : mandiri, 1: alat Bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4 : tergantung total.
Oksigenasi: Klien bernafas secara spontan tanpa bantuan alat oksigenasi.
5.    Pola Tidur dan Istirahat
Klien tidur selama 7-8 jam setiap hari, tidak ada gangguan tidur. Saat di rumah sakit klien banyak istirahat dan tidur.
6.    Pola Perceptual
Klien mengatakan bahwa tidak ada perubahan pada penglihatan dan klien tidak menggunakan alat bantu pendengaran.
7.    Pola Persepsi Diri
Klien mengatakan pasrah dengan penyakit yang dideritanya.
8.    Pola Seksualitas dan Reproduksi
Klien sudah menopouse, klien menikah dua kali. Dengan suami yang pertama mempunyai 7 anak dan dengan suami yang kedua klien tidak mempunyai anak. Klien merasa senang dan bahagia karena didampingi oleh suami yang kedua.
9.    Pola Peran-hubungan
Klien lebih dekat dengan suami. Komunikasi dengan perawat sekarang hanya apabila ditanya, menggunakan bahasa jawa.
10.    Pola Managemen koping-stress
Setiap ada permasalahan klien senantiasa didampingi oleh keluarganya.
11.    Sistem Nilai dan keyakinan
Sebelum sakit klien taat sholat, saat sakit klien tidak bisa sholat lagi, tapi meyakini apapun penderitaannya Tuhan yang mengaturNya.

IV. Pemeriksaan Fisik
1.    Keluhan Yang Dirasakan Saat Ini:
Nyeri pada luka di tumit kaki kiri, skala 5-6 , merasa panas seperti terbakar.
2.    Tanda-tanda Vital
(3)    Suhu    : 36,5 C
(4)    Nadi    : 80 X/menit
(5)    Pernafasan    : 20 X/menit
(6)    Tekanan Darah    : 160/100 mmHg
4.    BB / TB
TB = 150 cm.
BB tidak terkaji, klien tampak gemuk.
5.    Kepala
Bentuk    :    normochepal
Rambut     :    lebat, sedikit beruban
Mata     : Conjungtiva    : tidak pucat (-/-), Sklera: ikterus (- / -), Reflek  cahaya +/+, fungsi penglihatan baik.
Mulut     :  bibir kelihatan kering, gigi banyak yang sudah tanggal.
6.    Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran limfe nodus. Tidak ada peningkatan JVP.
7.    Thorak
Inspeks    :     simetris
Perkusi    :    Sonor kanan kiri
Palpasi    :    fremitus kanan dan kiri, tidak ada ketinggalan gerak.
Auskultasi    :    paru-paru : Vesikuler kanan kiri
                           Jantung    : S1 S2 murni, iktus cordis teraba
8.    Abdomen
Inspeks    :     Perut kelihatan lebih besar, dengan diameter 30 cm.
Palpasi    :    Abdomen supel, hati dan limfe tidak teraba, nyeri tekan (-)
Perkusi    :    timpani
Auskultasi    :    Peristaltik  20 x per menit
9.    Inguinal dan genitalia
Tidak ada kelainan di regio inguinal. Klien terpasang dower catheter sejak tanggal 23 maret 2005.
10.    Ekstremitas
Terdapat ulkus di tumit kaki kiri, luas ulkus dengan diameter ± 5 cm kadalamannya ± 1 cm, nampak jaringan nekrotik warna putih. Terdapat udema di bagian distal kaki kiri.  Infus terpasang di tangan kiri.
Pergerakan         :           B            B
                                            B            TB
11.    Program Terapi
Tanggal 28 Maret 2005
-    Diit DM IV (1700 kalori)
-    Infus NaCl 30 tetes per menit
-    Injeksi Reguler Insulin 3  X 14 iU
-    Metronidazol : 3 X 500 gr  (IV)
-    Captopril : 2 X 12,5 mg (oral)
-    Ceftriaxon : 2 X 1 gr (IV)
-    Perawatan luka; nekrotomi
-    Cek GDN dan 2 jam PP
Tanggal 29 Maret 2005
-    Diit DM IV (1700 kalori)
-    Infus NaCl 30 tetes per menit
-    Injeksi Reguler Insulin 3  X 12 iU
-    Metronidazol : 3 X 500 gr  (IV)
-    Captopril : 2 X 12,5 mg (oral)
-    Ceftriaxon : 2 X 1 gr (IV)
-    Perawatan luka; nekrotomi
Tanggal 30 Maret 2005
-    Diit DM IV (1700 kalori)
-    Infus NaCl 30 tetes per menit
-    Injeksi Reguler Insulin 3  X 12 iU
-    Metronidazol : 3 X 500 gr  (IV)
-    Captopril : 2 X 12,5 mg (oral)
-    Ceftriaxon : 2 X 1 gr (IV)
-    Perawatan luka; nekrotomi
Tanggal 31 Maret 2005
-    Diit DM IV (1700 kalori)
-    Infus NaCl 30 tetes per menit
-    Injeksi Reguler Insulin 3  X 12 iU
-    Metronidazol : 3 X 500 gr  (oral)
-    Captopril : 2 X 12,5 mg (oral)
-    Ceftriaxon : 2 X 1 gr (IV)
-    Perawatan luka; nekrotomi
-    Cek GDN dan 2 jam PP
12.    Hasil Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 23 Maret 2005
    Normal
ALT                :    16,4    (10 – 40)
AST                 :    14,8    (10 – 42)
BUN               :    22,1    (7 – 18)
Creatinin         :    1,22    (0,6 – 1,3)
Glukosa           :    515, 9 mg/dl    (80 – 120)
Ureum             :    47,29    (20 – 40)

RBC                :    3,81106/μl    (3,7-6,5)
HGB               :    10,1 9/dl    (12-18)
HCT                :    31,6 %    (47-75)
MCV               :    82,9 Fl    (80-99)
MCH               :    26,5 Fl    (27-31)
PLT                 :    386 103/μl    (150-450)
RDW               :    42,2 Fl    (35-47)
PDW               :    9,9 Fl    (9-13)
MPV               :    8,4 Fl    (7,2-11,1)

Differential
MXD               :    6,2 %    (0-8)
Neut                            :    87,3 %    (40-74)
Lym#               :    1,6 103/μl    (1-3,7)
MXD#             :    1,6 103/μl    (0-1,2)
Neut#              :    21,9103/μl        (1,5-7)
24 Maret 2005
GDN               :    407,0 mg/dl
2 Jam PP         :    476,9 mg/dl
26 Maret 2005
GDN               :    261 mg/dl
2 Jam PP         :    431,3 mg/dl
28 Maret 2005
GDN               :    154 mg/dl
2 Jam PP         :    327 mg/dl


ANALISA DATA
No    Data    Masalah    Etiologi
1.    DS : klien mengatakan rasa lukanya panas seperti terbakar
DO : WBC = 25,1 103/uL
      HGB 10,1 gr/dl
 luka Ulkus grade 2 di tumit kaki kiri, skala 5-6 , merasa panas seperti terbakar
Terpasang DC sejak tanggal 23 Maret 2005    PK : Infeksi   
2    DS:  Klien mengeluh nyeri pada luka ulkus grade 2 di tumit kaki kiri, skala 5-6, nyeri seperti terbakar.
DO : Wajah tegang saat ulkus dibersihkan
Klien menyeringai saat ulkus di tekan    Nyeri akut    Agen injury: fisik
3.    DS : Klien mengeluh nyeri pada luka
DO : WBC = 25,1 103/uL
      HGB 10,1 gr/dl
      Ulkus grade 2 di tumit diameter  ± 5cm
GDN 28 maret 2005 = 154 mg/dl
GD 2 jam PP  28 maret 2005 = 327 mg/dl

    Kerusakan integritas jaringan    Faktor  mekanik: mobilitas dan penurunan neuropati, perubahan sirkulasi.
4.    DS : Klien mengatakan tidak bisa menghabiskan diit yang diberikan dan merasa bahwa berat badannya turun meskipun tidak ditimbang.
DO : Diit yang diberikan habis ¼
       HGB 10,1 gr/dl 
GDN 28 maret 2005 = 154 mg/dl, GD 2 jam PP  28 maret 2005 = 327 mg/dl    Ketidakseimbangan nurisi: kurang dari kebutuhan tubuh    Faktor biologis
5.    DS: Klien mengatakan nyeri saat melakukan kegiatan
DO: Seluruh aktivitas dan Kebutuhan ADL klien dibantu     Kerusakan mobilitas fisik    Tidak nyaman nyeri, intoleransi aktivitas
6.    DS: Klien mengatakan kalau datang  di rumah sakit ini hanya karena luka ulkus tersebut.
Klien menanyakan tentang penyakitnya.
DO: Klien bingung saat ditanya tentang penyakit DM    Defisit pengetahuan: proses penyakit dan perawatannya    Kurang familier dengan sumber informasi
7.    DS: Klien mengatakan sudah sejak 10 tahun yang lalu menderita tekanan darah tinggi
DO: Tekanan darah tgl 28 Maret 2005 adalah 160/100 mmHg    PK: HIpertensi   

Diagnosa Keperawatan:
1.    PK : infeksi
2.    Nyeri akut berhubungan dengan agen injury : fisik
3.    Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan Faktor  mekanik: mobilitas dan penurunan neuropati, perubahan sirkulasi.
4.    Ketidakseimbangan nurisi: kurang berhubungan dengan Faktor biologis
5.    Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan tidak nyaman nyeri, intoleransi aktivitas.
6.    Defisit pengetahuan tentang proses penyakit DM dan perawatannya berhubungan dengan Kurang familier dengan sumber informasi
7.    PK: Hipertensi


RENCANA   KEPERAWATAN

No.    DIAGNOSA KEPERAWATAN/  MASALAH KOLABORASI    PERENCANAAN    RASIONAL
        TUJUAN    INTERVENSI   
4.    Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis    Setelah dilakukan tindakan keperawaatan selama 6 hari Status Nutrisi meningkat,
Dengan criteria:
a)    intake makan dan minuman
b)    intake nutrisi
c)    control BB
d)    masa tubuh
e)    biochemical measures
f)    energy    a.    Monitoring Gizi
a)    Timbang berat badan pasien pada interval tertentu.
b)    Amati kecenderungan pengurangan dan penambahan berat badan.
c)    Monitor jenis dan jumlah latihan yang dilaksanakan.
d)    Monitor respons emosional pasien ketika ditempatkan pada suatu keadaan yang ada makanan.
e)    Monitor lingk tempat makanan.
f)    Amati rambut yang kering, tipis dan mudah rontok.
g)    Monitor mual dan muntah.
h)    Amati tingkat albumin, protein total, hemoglobin dan hemaktokrit.
i)    Monitor tingkat energi, rasa tidak enak badan, keletihan dan kelemahan.
j)    Amati jaringan penghubung yang pucat, kemerahan dan kering.
k)    Monitor masukan kalori dan bahan makanan

b.        -   Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan teraupetik.



RENCANA   KEPERAWATAN
No.    DIAGNOSA KEPERAWATAN/  MASALAH KOLABORASI    PERENCANAAN    RASIONAL
        TUJUAN    INTERVENSI   
Manajemen Nutrisi
b)    Tanyakan pada pasien apakah memiliki alergi makanan.
c)    Kerja sama dengan ahli gizi dalam menentukan jumlah kalori, protein dan lemak secara tepat sesuai dengan kebutuhan pasien.
d)    Anjurkan masukan kalori sesuai dengan kebutuhan.
e)    Ajari pasien tentang diet yang benar berdasarkan kebutuhan tubuh.
f)    Timbang berat badan secara teratur.
g)    Anjurkan penambahan intake protein, zat besi dan vitamin C yang sesuai.
h)    Pastikan bahwa diet mengandung makanan berserat tinggi untuk mencegah sembelit.
i)    Berikan makanan berprotein tinggi, kalori tinggi dan makanan bergizi yang sesuai.
j)    Pastikan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan gizinya.
a.        Nurisi yang adekuat sesuai kebutuhan dapat memenuhi kebutuhan nutrisi klien.



RENCANA   KEPERAWATAN

No.    DIAGNOSA KEPERAWATAN/  MASALAH KOLABORASI    PERENCANAAN    RASIONAL
        TUJUAN    INTERVENSI   
            c. Managemen Hiperglikemia
a)    Monitor tingkat gula darah sesuai indikasi
b)    23Monitor tanda dan gejala polyuria, polidypsia,poliphagia, keletihan, pandangan kabur atau sakit kepala
c)    Monitor v/s :TD dan nadi sesuai indikasi
d)    Berikan insulin sesuai resep
e)    Pertahankan akses IV
f)    Berikan IV fluids sesuai kebutuhan
g)    Konsultasi dengan dokter jika tanda dan gejala hiperglikemia menetap atau memburuk
h)    Dampingi/ Bantu ambulasi jika terjadi hipotensi
i)    Batasi latihan ketika gula darah >250 mg/dl khususnya adanya keton pada urine
j)    Anjurkan banyak minum
k)    Monitor status cairan I/O sesuai kebutuhan
    Hiperglikemia dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya: terlalu banyak makan, terlalu sedikit insulin, dan kurang aktivitas.


RENCANA   KEPERAWATAN
No.    DIAGNOSA KEPERAWATAN/  MASALAH KOLABORASI    PERENCANAAN    RASIONAL
        TUJUAN    INTERVENSI   
3.    Kerusakan integritas jaringan b/d factor mekanik : perubahan sirkulasi, imobilitas dan penurunan sensasibilitas (neuropati)    Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 6 hari Wound healing meningkat:
Dengan criteria
Luka mengecil dalam ukuran dan peningkatan granulasi jaringan    Wound care
a)    catat karakteristik luka:tentukan ukuran dan kedalaman luka, dan klasifikasi pengaruh ulcers
b)    Catat karakteristik cairan secret yang keluar
c)    Bersihkan dengan cairan anti bakteri
d)    Bilas dengan cairan NaCl 0,9%
e)    Lakukan nekrotomi
f)    Lakukan tampon yang sesuai
g)    Dressing dengan kasa steril sesuai kebutuhan
h)    Lakukan pembalutan
i)    Pertahankan tehnik dressing steril ketika melakukan perawatan luka
j)    Amati setiap perubahan pada balutan
k)    Bandingkan dan catat setiap adanya perubahan pada luka
l)    Berikan posisi terhindar dari tekanan    Pengkajian luka akan lebih
realible dilakukan oleh pemberi asuhan yang sama dengan posisi yang sama dan tehnik yang sama

7.    Kurang pengetahuan tentang Proses Penyakit Diabetes Mellitus berhubungan dengan tidak mengenal (familiar) dengan sumber informasi.
    Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 6 hari dapat mengidentifikasi  manajemen diabetes
Dengan criteria:
a)    Mendemonstrasikan bagaimana gambaran tentang prosedur yang akan dijalani.
b)    Menjelaskan tentang proses penyakit, perlunya pengobatan dan memahami perawatan.
c)    Membuat daftar sumber yang akan digerakkan sebagai sumber informasi

    Pembelajaran proses penyakit
a)    Jelaskan patofisiologi dari penyakitnya dan bagaimana hubungannya dengan anatomi dan fisiologi.
b)    Jelaskan tanda-tanda dan gejala yang umum dari penyakitnya.
c)    Jelaskan tentang proses penyakitnya.
d)    Diskusikan perubahan gaya hidup yang bisa untuk mencegah komplikasi atau mengontrol proses penyakit.
e)    Jelaskan secara rasional tentang pengelolaan terapi atau perawatan yang dianjurkan.
f)    Berikan dorongan kepada pasien untuk mengungkapkan pilihannya atau mendapatkan second opinion.
g)    Jelaskan komplikasi kronik yang mungkin terjadi.
h)    Anjurkan pada pasien untuk mencegah atau meminimalkan efek samping dari penyakitnya.
i)    Menilai tingkat pengetahuan pasien yang berhubungan dengan penyakitnya.
    Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pertimbangan memilih gaya hidup dapat melakukan tindakan pencegahan supaya tidak terjadi komplikasi
            Pengajaran Prosedur Perawatan
a)    Beritahu pasien atau orang lain tentang kapan dan dimana,  berapa lama prosedur perawatan akan berlangsung selama tepat.
b)    Beritahu pasien atau orang lain yang berkepentingan tentang siapa yang akan melakukan prosedur perawatan tersebut.
c)    Pastikan pengalaman masa lalu pasien dan tingkat pengetahuan yang  berhubungan dengan prosedur perawatan selama tepat.
d)    Terangkan tujuan dari prosedur
e)    Terangkan kegiatan sebelum dilakukan prosedur perawatan.
f)    Ajari pasien tentang bagaimana cara bekerja sama selama prosedur
g)    Ajari pasien untuk menggunakan teknik relaksasi selama prosedur.
h)    Berikan waktu bagi pasien untuk menanyakan pertanyaan dan membicarakan hal-hal yang berkaitaan dengan prosedur perawatan.
    Dengan pengajaran prosedur perawatan pemahaman klien dan keluarga mengenai prosedur perawatan akan meningkatkan kerja sama yang saling menguntungkan antara perawat dan klien.
2.    Nyeri Akut berhubungan dengan agen injury : fisik; Ulkus DM di kaki dan tindakan nekrotomi
    Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 6 hari klien dapat Kontrol nyeri dan mengidentifikasi Tingkat nyeri.
Dengan criteria hasil:
a)    penampilan rileks
b)    Klien menyatakan nyeri berkurang
c)    skala nyeri 0-2
    Pain manajemen
a)    Kaji tingkat nyeri: kualitas, frekuensi, presipitasi, durasi dan lokasi.
b)    Berikan posisi yang nyaman
c)    Berikan lingkungan yang tenang
d)    Monitor respon verbal dan non verbal nyeri
e)    Monitor vital sign
f)    Kaji factor penyebab
g)    Berikan support emosi
h)    Lakukan touch terapi
i)    Lakukan teknik distraksi dan relaksaski
j)    Lakukan anxiety reduction

Management medication
Kolaborasi pemberian analgetik
Mengetahui subyektifitas klien terhadap nyeri untuk menentukan tindakan selanjutnya.
Menurunkan ketegangan
Menurunkan stimulasi dapat menurunkan ketegangan
Mengetahui tingkat nyeri utk menentukan intervensi
Nyeri mempengaruhi TTV
Intervensi disesuaikan dengan penyebab
Emosi berpengaruh thd nyeri
Klien merasa diperhatikan
Mengalihkan perhatian untuk mengurangi nyeri
Kecemasan dapat meningkat
Analgetik memblokade reseptor nyeri

5.    Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan tidak nyaman nyeri, intoleransi aktivitas, penurunan kekuatan otot.
    Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 6 hari dapat teridentifikasi Mobility level
Joint movement: aktif.
Self care:ADLs
Dengan criteria hasil:
a)    aktivitas fisik meningkat
b)    ROM normal
c)    Melaporkan perasaan peningkatan kekuatan kemampuan dalam bergerak
d)    klien bisa melakukan aktivitas
e)    kebersihan diri klien terpenuhi walaupun dibantu oleh perawat atau keluarga
    Terapi Exercise : Pergerakan sendi
a)    Pastikan keterbatasan gerak sendi yang dialami
b)     Kolaborasi dengan fisioterapi
c)    Pastikan motivasi klien untuk mempertahankan pergerakan sendi
d)    Pastikan klien untuk mempertahankan pergerakan sendi
e)    Pastikan klien bebas dari nyeri sebelum diberikan latihan
f)    Anjurkan ROM Exercise aktif: jadual; keteraturan, Latih ROM pasif.
Exercise promotion
a)    Bantu identifikasi  program latihan yang sesuai
b)    Diskusikan dan instruksikan pada klien mengenai latihan yang tepat
Exercise terapi ambulasi
a)    Anjurkan dan Bantu klien duduk di tempat tidur sesuai toleransi
b)    Atur posisi setiap 2 jam atau sesuai toleransi
c)    Fasilitasi penggunaan alat bantu   
ROM exercise membantu mempertahankan mobilitas sendi, meningkatkan sirkulasi, mencegah kontraktur, meningkatkan kenyamanan.
Pengetahuan yang cukup akan memotivasi klien untuk melakukan latihan.

Meningkatkan dan membantu berjalan/ ambulasi atau memperbaiki otonomi dan fungsi tubuh dari injuri
          Self care assistance:
Bathing/hygiene
a)    Dorong keluarga untuk berpartisipasi untuk kegiatan mandi dan kebersihan diri klien
b)    Berikan bantuan sampai klien dapat merawat secara mandiri
c)    Monitor kebersihan kuku, kulit
d)    Monitor kemampuan perawatan diri klien
e)    Dorong klien melakukan aktivitas normal keseharian sesuai kemampuan
f)    Promosi aktivitas sesuai usia
Self care assistance:dressing/groming
a)    Berikan baju sesuai ukuran
b)    Fasilitasi klien menyisir
c)    Pelihara privasi ketika berpakaian
Self care assistance:feeding
a)    Identifikasi preskripsi diet
b)    Set tray makanan dan meja secara aktraktif
c)    Kreasikan lingkungan menarik
d)    Monitor dan catat intake    Memfasilitasi pasien dalam memenuhi kebutuhan perawatan diri untuk dapat membantu klien hingga klien dapat mandiri melakukannya.
    Self care assistance:toileting
a)    Dorong keluarga untuk berpartisipasi untuk kegiatan toileting
b)    Berikan bantuan sampai klien dapat melakukan eliminasi secara mandiri
c)    Fasilitasi kebersihan /hygiene toiletsetelah dipakai
d)    Anjurkan klien membiasakan jadwal rutin ketoilet, sesuai kebutuhan dan kemampuan
e)    Berikan privasi    
RENCANA   KEPERAWATAN

No.    DIAGNOSA KEPERAWATAN/  MASALAH KOLABORASI    PERENCANAAN    RASIONAL
        TUJUAN    INTERVENSI   
1.    PK. Infeksi
    Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 6 hari klien dapat Mengelola dan meminimalkan komplikasi, dengan criteria hasil:
-    tanda vital stabil
-    angka leukosit normal
    a)    Pantau tanda dan gejala infeksi
b)    Kaji tanda-tanda vital
c)    Kaji dan observasi daerah ulkus
d)    Monitor angka leukosit
e)    Monitor jika ada infeksi di daerah lain
f)    Kolaborasi pemberian antibiotik: ceftriaxon 2 x 1 gr IV, metronidazol 3 x 500 gr (IV)
g)    Monitor jumlah granulosit, leukosit dan bandingkan dengan angka normal.
h)    Gunakan sabun antimikroba untuk cuci tangan yang sesuai.
i)    Gunakan sarung tangan sesuai peraturan tindakan pencegahan.
j)    Ganti  IV line sesuai aturan yang berlaku.
k)    Pastikan perawatan aseptik pd IV line.
l)    Pastikan teknik perawatan luka secara tepat.
m)    Dorong pasien untuk istirahat.
n)    Berikan terapi antibiotik sesuai instruksi
    Tanda vital bisa menunjukkan adanya infeksi sehingga dapat dilakukan tindakan secepatnya.

RENCANA   KEPERAWATAN

No.    DIAGNOSA KEPERAWATAN/  MASALAH KOLABORASI    PERENCANAAN    RASIONAL
        TUJUAN    INTERVENSI   
7.    PK. Hipertensi
    Setelah dilakukan tindakan keperawatan perawat dapat meminimalkan komplikasi dari hipertensi
    a.    Ukur tekanan darah
b.    Pantau berat badan setiap hari
c.    Pantau edema
d.    Pantau hasil laboratorium terhadap proteinuria
e.    Kaji dan ajarkan untuk melaporkan adanya: edema, gangguan penglihatan, sakit kepala, pandangan kabur
f.    Ajarkan klien untuk menunjukkan hipertensi dengan edema ringan atau tanpa edema
g.    Jamin klien untuk mendapatkan istirahat    Edema akibat retensi garam berhubungan dengan penurunan filtrasi glomerulus

IMPLEMENTASI DAN CATATAN PERKEMBANGAN
No DK    Tanggal    Implementasi    Evaluasi    Paraf
1    29-03-05
Jam 08.00
Jam 09.00
Jam 10.10
Jam 11.00
Jam 11.15

Jam 12.45    -    Memonitor tanda dan gejala infeksi
-    Merawat luka ulkus
-    Memonitor WBC
-    Memonitor tanda vital
-    Kolaborasi antibiotik: ceftriaxon 2 x 1 gr (IV)
-    Memonitor keadaan umum klien
    Jam 13.00
S : -
O:-kondisi luka kemerahan
   - TD: 160/80mmHg nadi 84 X/menit, respirasi 20 X/menit, suhu 36 0 C
A: Masalah teratasi sebagian
P:  Pantau adanya tanda-tanda infeksi   
1    30-03-05
Jam 07.05
Jam 07.25
Jam 10.00
Jam 10.40
Jam 10.50
Jam 11.00
Jam 11.10


Jam 12.45
Jam 12.55
    -    Memonitor tanda dan gejala infeksi
-    Mengganti linen klien
-    Melakukan dressing infus
-    Memonitor WBC
-    Memonitor balutan luka
-    Memonitor tanda vital
-    Memberikan injeksi antibiotik ceftriaxon 2 x 1 gr (IV)
-    Memonitor keadaan umum klien
-    Menganjurkan klien makan dan istirahat yang cukup
    Jam 13.00
S : -
O:-kondisi luka basah
   - TD: 160/90mmHg nadi 80 X/menit, respirasi 24X/menit, suhu 36,5 0 C
A: Masalah teratasi sebagian
P:  Jam 19.00 injeksi ceftriaxon
    
1    31-03-05
Jam 07.30
Jam 10.40
Jam 11.00
Jam 11.10
Jam 12.45
Jam 13.00
    -    Mengganti linen
-    Memonitor tanda dan gejala infeksi
-    Memonitor WBC
-    Memonitor tanda vital
-    Memberikan injeksi  ceftriaxon 2 x 1 gr (IV)
-    Memonitor keadaan umum klien
-    Menganjurkan untuk menghabiskan diit yg diberikan
    Jam 13.00
S : Klien merasa nyaman setelah linen dibersihkan. Klien mampu menghabiskan ¾ porsi diit yang diberikan
O:TD: 170/100mmHg nadi 80 X/menit, respirasi 20 X/menit, suhu 36 0 C
A: Masalah teratasi sebagian
P:  Pantau adanya tanda-tanda infeksi    

IMPLEMENTASI DAN CATATAN PERKEMBANGAN

No DK    Tanggal    Implementasi    Evaluasi    Paraf
2    28-03-05
Jam 10.00
Jam 11.00
Jam 12.00
    -    mengkaji karakteristik nyeri:lokasi,durasi,tipe
-    memberikan posisi yang nyaman
-    Memonitor vital sign
-     Memberikan lingkungan yang tenang
-    Memonitor respon verbal dan non verbal
-    Mengkaji faktor penyebab
-    Memberikan support emosi
    Jam 13.00
S: Klien mengatakan masih terasa nyeri saat ulkus dirawat. Skala nyeri 5-6
O: Ekspresi wajah tegang saat ulkus dirawat, nadi:88x/menit
A: Masalah belum teratasi
P:  Lanjutkan monitoring nyeri
Kelola terapi sesuai program
Ajarkan teknik non farmakologi   
2    29-03-05
Jam 08.50
Jam 09.15



Jam 10.00
Jam 11.00
Jam 13.00
    -   Mengkaji  nilai dan karakteristik nyeri
-    Mengajarkan teknik non farmakologi sebelum ulkus dirawat
-    Memberikan posisi yang nyaman
-    Memonitor respon verbal dan non verbal
-    Mengukur vital sign
-   Mengobservasi keadaaan pasien
    Jam 13.00
S: Klien mengatakan masih terasa nyeri saat ulkus dirawat. Skala nyeri 5
O: Ekspresi wajah tegang saat ulkus dirawat
     Klien mampu melakukan teknik distraksion (nafas dalam) Nadi  84x/menit
A: Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan monitoring nyeri
     Ajarkan teknik non farmakologi   
2    30-03-05
Jam 10.15
Jam 13.00    -   Mengkaji tingkat nyeri
-    Mengajarkan nafas dalam sebelum ulkus dirawat
-    Memberikan posisi yang nyaman
-    Memonitor respon verbal dan non verbal
-    Observasi keadaan klien    Jam 13.00
S: Klien mengatakan masih terasa nyeri berkurang  skala nyeri 4 - 5
O: Ekspresi wajah tegang saat ulkus dirawat
     Klien mampu melakukan  distraksion (nafas dalam) nadi:84 x / menit
A: Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan monitoring nyeri
    
2    31-03-05
Jam 07.00
Jam 07.10


Jam 08.30
Jam 11.00
Jam 13.30   
-    Mengkaji nilai nyeri dan mendengarkan respon klien
-    Memfasilitasi lingkungan yang tenang, merapikan tempat tidur
-    Membantu klien dengan mendiskusikan respon koping memanage nyeri
-    Mengukur vital sign
-    Observasi keadaan klien    Jam 13.00
S : klien mengatakan ada perubahan meskipun nyerinya masih sekitar 2-3
O: Ekspresi wajah rileks ketika berbicara
     Nadi 80 x / menit
A: Nyeri berkurang, masalah teratasi sebagian
P:  Lanjutkan rencana   
Powered by Blogger