Teknik Komunikasi Keperawatan pada Gangguan Penglihatan
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke-hadirat Allah SWT,
karena dengan rahmat dan karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk
menyelesaikan tugas makalah komunikasi dalam keperawatan ini.Tidak lupa
juga kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yaitu Lindesi
Yanti,Spd,S.kep,M.kes yang telah membimbing kami dalam mata kuliah Komunikasi
dalam keperawatan ini.
Dalam penyelesaian makalah ini,kami banyak mengalami
kesulitan,terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang
menunjang.Namun berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak,akhirnya
makalah ini ini dapat terselesaikan dengan cukup baik.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi
kita,oleh karena itu kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang
bersifat positif.
Palembang, April 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar…………………………………………………………………………….. i
Daftar Isi……………………………………………………………………………………. ii
BAB I
Pendahuluan………….......……………………………………………………………. … 3
1.1 Latar belakang…………………………………………………………………..…….. 3
1.2 Tujuan……………………………………………………………………………. …….. 4
BAB II
Pembahasan…………………………………………………………………………… …….. 5
2.1 Pancaindera mata dan penglihatan……………………………………….........…….. 5
2.2 Gangguan indera penglihatan sebagai penerima pesan………………………………………………………. 14
2.3 Tehnik – Tehnik Berkomunikasi Terapeutik Pada Pasien Gangguan
Penglihatan…………………………………………………….. …….. 14
2.4 Syarat – Syarat Yang Harus Dimiliki Perawat Berkomunikasi Dengan
Pasien Gangguan Penglihatan……………………………… …….. 16
BAB III
Penutup…………………………………………………………………………………. 20
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………
3.2 Saran………………………………………………………………………….. …….. 20
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komunikasi Terapeutik adalah suatu pengalaman bersama
antara perawat dengan pasien yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah pasien.
Komunikasi ini juga termasuk komunikasi interpersonal yaitu komunikasi antara
orang – orang secara tatap muka yang membuat setiap peserta menagkap reasinya
secara langsung baik verbal maupun non verbal.
Sedangkan menurut As Hornby (1974) terapeutik
merupakan kata sifat yang dihubungkan dengan seni dari penyembuhan. Mampu
terapeutik bearti seseorang mampu melakukan atau mengkomunikasikan perkataan,
perbuatan, atau ekspresi yang memfasilitasi proses penyembuhan.
Faktor Mendasar Komunikasi
Terapeutik
a) Harus memahami sebenar –
benarnya tentang siapa dirinya.
b) Harus ada empati.
c) Orang yang dibantu harus merasa
bebas untuk mengeluarkan segala sesuatu yang dalam dirinya tersebut.
Tehnik Komunikasi Terapeutik
Tiap klien tidak sama oleh karena itu diperlukan
tehnik berkomunikasi yang berbeda pula. Tehnik ini ada banyak cara dengan :
1) Mendengar Aktif
2) Mendengar Pasif
3) Penerimaan
4) Fokusing
5) Observasi
6) Menawarkan Informasi
7) Diam
8) Asertive
9) Memberi Pengakuan/ Penghargaan
10) Klarifikasi
1.2 Tujuan
Komunikasi Terapeutik
- Membantu pasien untuk mengurangi beban perasaan, pikiran dan mengambil tindakan untuk mengubah situasi.
- Mengurangi keraguan, membantu mengambil tindakan yang efektif.
- Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan diri sendiri dalam rangka peningkatan derajat kesehatan.
- Memperat hubungan antara perawat dengan pasien.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pancaindera
Mata dan Penglihatan
Pada dasarnya gangguan sensoris bisa dibagi menjadi :
a) Gangguan pada Pusat Nervous
yang terkait dengan fungsi sensoris dalam komunikasi :
- Brocca/ Brodmann’s area : Pusat pendengaran.
- Girus Angularis : Memproses kata – kata diubah dalam bentuk audisi.
- Area Werniecke : Pengolah secara komprehensip audio visual.
b) Gangguan pada Nervous cranial
yang terkait dengan fungsi komunikasi sensoris.
c) Gangguan sensori persepsi :
Misalnya pada klien dengan hullusinasi/ illusi.
d) Klien dengan penurunan kesadaran.
e) Klien Autis, Klien Mental
retardate.
2.2 Gangguan
Indera Penglihatan Sebagai Penerima Pesan
Kemampuan individu untuk melihat dimungkinkan oleh
sistem organ yang disebut mata. Sistem ini terdiri atas organ – organ yang
menerima dan memfokuskan cahaya yang masuk kedalam mata, sel – sel reseptor
penglihatan. Gangguan penlihatan dapat terjadi baik karena kerusakan
organ,misal: kornea,lensa mata,kekeruhan humor viterus, maupu kerusakan
kornea, serta kerusakan saraf penghantar impuls menuju otak.kerusakan ditingkat
persepsi antara lain dialami klien dengan kerusakan otak. Semua ini
mengakibatkan penurunan visus hingga dapat menyebabkan kebutaan,baik persial
maupun total. Akibat kerusakan visual,kemampuan menangkap rangsang ketika
berkomunikasi sangat tergantung pada pendengaran dan sentuhan.
Oleh karena itu,komunikasi yang dilakukan harus mengoptimal fungsi pendengaran
dan sentuhan karena fungsi penglihatan sedapat mungkin harus digantikan oleh
informasi yang dapat ditrasfer melalui indra yang lain. Sebagai contoh,ketika
melakukan orientasi ruang perawat secara lisan misalnya dengan menerangkan
letak meja kursi,menerangkan beberapa langkah posisi tempat tidur dari
pintu,letak kamar mandi dan sebagaiannya.
2.3 Tehnik –
Tehnik Berkomunikasi Terapeutik Pada Pasien Gangguan Penglihatan
Berikut adalah teknik-teknik yang perlu diperhatikan
selama berkomunikasi dengan klien yang mengalami gangguan penglihatan :
- Sedapat mungkin ambil posisi yang dapat dilihat klien bila ia mengalami kebutaan persial atau sampaikan secara verbal keberadaan / kehadiran perawat ketika anda berada didekatnya.
- Indentifikasi diri anda dengan menyebut nama (dan peran) anda.
- Berbicara menggunakan nada suara normal karena kondisi klien tidak memungkinkan menerima pesan verbal secara visual .Nada suara anda memegang peranan besar dan bermakna bagi klien.
- Terangkan alasan anda menyentuh atau mengucapkan kata-kata sebelum melakukan sentuhan pada klien.
- Informasikan kepada klien ketika anda akan meniggalkannya / memutus komunikasi
- Orientasikan klien dengan suara-suara yang terdengar disekitarnya.
- Orientasikan klien pada lingkungan bila klien dipindah kelingkungan/ruangan yang baru.
Agar komunikasi dengan orang dengan gangguan sensori
penglihatan dapat berjalan Lancar dan mencapai sasarannya , maka perlu juga
diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1) Dalam berkomunikasi pertimbangan
isi dan mata nada suara
2) Periksa lingkungan fisik
3) Perlu adanya ide yang jelas
sebelum berkomunikasi
4) Berkomunikasikan pesan secara
singkat
5) Komunikasikan hal-hal yang
berharga saja
6) Dalam merencanakan
komunikas,berkonsultasilah dengan pihak lain agar memperoleh dukungan.
2.4 Syarat – Syarat Yang
Harus Dimiliki Perawat Berkomunikasi Dengan Pasien Gangguan Penglihatan
Dalam melakukan komunikasin terapeutik dengan pasien
dengan gangguan sensori penglihatan,perawat dituntut untuk menjadi komunikator
yang baik sehingga terjalin hubungan terapeutik yang efektif antara perawat dan
klien,untuk itu syarat yang harus dimilki oleh perawat dalam berkomunikasi
dengan pasien dngan gangguan sensori penglihatan adalah :
1) Adanya kesiapan artinya pesan
atsun informasi, cara penyampaian dan salurannya harus dipersiapkan terlebih
dahulu secara matang.
2) Kesungguhan artinya apapun wujud
dari pesan atau informasi tersebut tetap harus disampaikan secara
sungguh-sungguh atau serius.
3) Ketulusan artinya sebelum
individu memberikan informasi atau pesan kepada individu lain pemberi informasi
harus merasa yakin bahwa apa yang disampaikan itu merupakan sesuatu yang baik
dan memang perlu serta berguna untuk pasien
4) Kepercayaan diri artinya jika
perawat mempunyai kepercayaan diri maka hal ini akan sangat berpengaruh pada
cara penyampaiannya kepada pasien.
5) Ketenangan artinya sebaik apapun
dan sejak apapun yang akan disampaikan,perawat harus bersifat tenang,tidak
emosi maupun memancing emosi pasien,karena dengan adanya ketenangan maka
informasi akan lebih jelas baik dan lancar.
6) Keramahan artinya bahwa keramahan
ini merupakan kunci sukses dari kegiatan komunikasi,karena dengan keramahan
yang tulus tanpa dibuat-buat akan menimbulkan perasaan tenang,senang dan aman
bagi penerima
7) Kesederhanaan artinya didalam
penyampaian informasi,sebaiknya dibuat sederhana baik bahasa, pengungkapan dan
penyampaiannya.Meskipun informasi itu panjang dan rumit akan tetapi kalau
dberikan secara sederhana berurutan dan jelas maka akan memberikan kejelasan
secara sederhana berurutan dan jelas maka akan memberikan kejelasan informasi
dengan baik.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kemampuan menerapkan teknik komunikasi terapeutik
memerlukan latihan dan kepekaan serta ketajaman perasaan,karena komunikasi
terjadi tidak dalam kemampuan tetapi dalam dimensi nilai,waktu dan ruang yang
turut mempengaruhi keberasilan komunikasi yang terlihat melalui dampak
terapeutik bagi klien dan juga kepuasan bagi perawat.Komunikasi juga akan
memberikan dampak terapeutik bila dalam penggunannya diperhatikan sikap dan
teknik komunikasi terapeutik.Hal lain yang cukup penting dperhatikan adalah
dimensi hubungan.Dimensi ini merupakan faktor penunjung yang sangat berpengaruh
dalam mengembangkan kemampuan berhubungan terapeutik.Jika kondisi-kondisi
seperti di pembahasan dapat diwujudkan dengan baik dan persyaratan-persyaratan
juga dipenuhi,maka komunikasi dengan orang yang mempunyai gangguan sensori
penglihatan akan terjadi dengan baik.Jika diterapkan dalam dunia kedokteran
atau keperawatan maka pasien dengan gangguan sensri penglihatan akan merasa
puas tidak ada keluhan dan memberikan persahabatan serta penyembuhan lebih
cepat,disamping itu tenaga medis dan paramedis akan merasa puas karena dapat
memberikan pelayanan yang baik dan penyembuhan.
3.2 Saran
Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi semua pihak
dan juga saya meminta maaf bila ada kata-kata yang salah atau kekeliruan
penulisan dalam mengerjakan makalah ini dan saya ucapkan terima kasih.
0 Response to " Teknik Komunikasi Keperawatan pada Gangguan Penglihatan "
Posting Komentar