ASUHAN KEPERAWATAN pada GASTRITIS
A. PENGKAJIAN
1.
Anamnesa meliputi :
a.
Identitas Pasien
1)
Nama
2)
Usia
3)
Jenis kelamin : tidak dipengaruhi oleh jenis
kelamin
4)
Jenis pekerjaan : tidak dipengaruhi jenis pekerjaan
5)
Alamat
6)
Suku/bangsa
7)
agama
b.
Tingkat pendidikan : bagi orang yang tingkat
pendidikan rendah/minim mendapatkan pengetahuan tentang gastritis, maka akan
menganggap remeh penyakit ini, bahkan hanya menganggap gastritis sebagai sakit
perut biasa dan akan memakan makanan yang dapat menimbulkan serta memperparah
penyakit ini.
c.
Riwayat sakit dan kesehatan
1)
Keluhan utama
2)
Riwayat penyakit saat ini
3)
Riwayat penyakit dahulu
2.
Pemeriksaan fisik : Review of System
- B 1 (breath) : takhipnea
- B 2 (blood) : takikardi, hipotensi, disritmia, nadi perifer lemah, pengisian perifer lambat, warna kulit pucat.
- B 3 (brain) : sakit kepala, kelemahan, tingkat kesadaran dapat terganggu, disorientasi, nyeri epigastrum.
- B 4 (bladder) : oliguri, gangguan keseimbangan cairan.
- B 5 (bowel) : anemia, anorexia, mual, muntah, nyeri ulu hati, tidak toleran terhadap makanan pedas.
- B 6 (bone) : kelelahan, kelemahan
3. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam darah.
Hasil tes yang positif menunujukkan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri
pada suatu waktu dalam hidupnya tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien
tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia
yang terjadi akibat perdarahan lambung karena gastritis.
b. Uji napas urea
Suatu metode diagnostik berdasarkan prinsip bahwa urea diubah oleh urease H.
Pylori dalam lambung menjadi amoniak dan karbondioksida (CO2).
CO2 cepat diabsorbsi melalui dinding lambung dan dapat terdeteksi
dalam udara ekspirasi.
c. Pemeriksaan feces
Tes ini memeriksa apakah terdapat bakteri H. Pylori dalam feses atau
tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi. Pemeriksaan
juga dilakukan terhadap adanya darah dalam feses. Hal ini menunjukkan adanya
pendarahan dalam lambung.
d. Endoskopi saluran cerna bagian atas
Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian
atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar-x. Tes ini dilakukan dengan cara
memasukkan sebuah selang kecil yang fleksibel(endoskop) melalui mulut dan masuk
ke dalam esofagus, lambung dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan
terlebih dahulu dianestesi sebelum endoskop dimasukkan untuk memastikan pasien
merasa nyaman menjalani tes ini. Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang
terlihat mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit sampel(biopsy) dari
jaringan tersebut. Sampel itu kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk
diperiksa. Tes ini memakan waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit. Pasien
biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika tes ini selesai, tetapi harus
menunggu sampai efek dari anestesi menghilang kurang lebih satu atau dua jam.
Hampir tidak ada resioko akibat tes ini. Komplikasi yang sering terjadi adalah
rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat menelan endoskop.
e. Rontgen saluran cerna bagian atas
Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit pencernaan
lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum
dirontgen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas
ketika di rontgen.
f. Analisis Lambung
Tes ini untuk mengetahui sekresi asam dan merupakan tekhnik penting untuk
menegakkan diagnosis penyakit lambung. Suatu tabung nasogastrik dimasukkan ke
dalam lambung dan dilakukan aspirasi isi lambung puasa untuk dianalisis.
Analisis basal mengukur BAO( basal acid output) tanpa perangsangan. Uji ini
bermanfaat untuk menegakkan diagnosis sindrom Zolinger- Elison(suatu tumor
pankreas yang menyekresi gastrin dalam jumlah besar yang selanjutnya akan menyebabkan
asiditas nyata).
g. Analisis stimulasi
Dapat dilakukan dengan mengukur pengeluaran asam maksimal (MAO, maximum acid
output) setelah pemberian obat yang merangsang sekresi asam seperti histamin
atau pentagastrin. Tes ini untuk mengetahui teradinya aklorhidria atau tidak.
4.
Psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara
mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan
terhadap dirinya, kecemasan terhadap penyakit.
1)
Riwayat atau adanya faktor resiko.
- Riwayat garis perama keluarga tentang gastritis
- Penggunaan kronis obat yang mengiritasi mukosa lambung
- Perokok berat
- Pemajanan pada stres emosi kronis
2)
Pengkajian fisik
- Nyeri epigastrik.
- Nyeri terjadi 2 – 3 setelah makan dan sering disertai dengan mual dan muntah.
- Nyeri sering digambarkan sebagai tumpul, sakit, atau rasa terbakar, sering hilang dengan makanan dan meningkat dengan merokok dan stres emosi.
- Penurunan berat badan
- Perdarahan sebagai hematemesis dan melena bila berat.
3)
Kaji diet khusus dan pola makan selama 72 jam
perawatan dirumah sakit.
4)
Kaji respon emosi pasien dan pemahaman tentang
kondisi, rencana tindakan, pemeriksaan diagnostik, dan tindakan perawatan diri
preventif.
5)
Kaji metode pasien dalam menerima peristiwa yang menimbulkanstres
dan persepsi tentang dampak penyakit pada gaya hidup.
2.
Analisa Data
No
|
Data
|
Etiologi
|
Masalah
|
1.
|
DS :
DO :
|
Peradangan
↓
Meningkatnya HCL
↓
Lambung →bradikinin , histamine dan sel
↓
Hipotalamus
↓
Nyeri
|
Nyeri
|
2.
|
DS :
DO :
|
Peradangan mukosa lambung
↓
Pengeluaran pirogen endogen
↓
Hipotalamus(termoregulator)
↓
Hipertermi
|
Hipertermi
|
3.
|
DS :
DO :
|
Peradangan mukosa lambung
↓
Asam lambung meningkat
↓
Merangsang medulla vomiting center
↓
Intake nutrisi menurun
|
Gangguan pemenuhan nutrisi
|
B.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan
gastritis antara lain :
1.
Ansietas
berhubungan dengan pengobatan.
2.
Nyeri berhubungan
dengan mukosa lambung teriritasi.
3.
Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan nutrien yang
tidak adekuat.
4.
Resiko
kekurangan volume cairan berhubungan dengan masukan cairan yang tidak cukup dan
kehilangan cairan berlebihan karena muntah.
5.
Kurang
pengetahuan tentang penatalaksanaan diet dan proses penyakit.
C.
PERENCANAAN KEPERAWATAN
1.
Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain
untuk mencegah, mengurangi atau mengoreksi masalah-masalah yang diidentifikasi
pada diagnosa keperawatan. Tahap ini dimulai setelah menentukan diagnosa
keperawatan dan menyimpulkan rencana dokumentasi (Iyer, Taptich dan Bernocchi.
Losey, 1996). Perencanaan keperawatan juga diartikan sebagai rencana tindakan
keputusan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai
dengan diagnosa keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuannya terpenuhinya
kebutuhan pasien.
2.
Perencanaan meliputi beberapa tahap yaitu :
1)
Menentukan
prioritas masalah.
Masalah yang
perlu segera dipecahkan mendapat prioritas utama. Pertimbangan untuk menentukan
prioritas masalah adalah :
a.
Prioritas
tertinggi diberikan kepada masalah kesehatan yang mengancam kehidupan dan
keselamatan pasien.
b.
Masalah yang
sedang dihadapi diberi perhatian lebih dahulu daripada masalah yang mungkin
(potensial).
Urutan
prioritas masalah pasien dengan Gastritis adalah :
1.
Nyeri
berhubungan dengan mukosa lambung teriritasi.
2.
Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan nutrien yang
tidak adekuat.
3.
Resiko
kekurangan volume cairan berhubungan dengan masukan cairan tidak cukup dan
kehilangan cairan berlebihan karena muntah.
4.
Ansietas
berhubungan dengan pengobatan.
5.
Kurang
pengetahuan tentang penatalaksanaan diet dan proses penyakit.
2.
Menentukan
Tujuan / Kriteria Hasil
Tujuan keperawatan hasil yang ingin dicapai dari asuhan keperawatan yang
direncanakan.
Menentukan
Rencana Tindakan
Penyusunan rencana tindakan harus secara jelas dan singkat rencana tindakan itu
sendiri adalah langkah menentukan tindakan keperawatan yang akan dilakukan oleh
perawat dalam rangka menolong pasien untuk mencapai suatu tujuan keperawatan.
3.
Rasional
Merupakan dasar atau landasan dari tindakan keperawatan yang dilaksanakan pada
pasien masalah tersebut diatas maka prioritas, tujuan kriteria hasil dan
rasionalisasi dari gastritis adalah :
4.
Rencana
Asuhan Keperawatan
a.
Diagnosa I
|
:
|
Nyeri berhubungan dengan mukosa lambung teriritasi
|
||||
Tujuan
2.
Hasil
yang diharapkan
|
:
:
|
Menghilangkan rasa nyeri klien
Melaporkan nyeri berkurang intervensi keperawatan.
|
||||
3.
Intervensi
a.
Kaji
tingkat nyeri dan kenyamanan.
b. Hindari
makanan dan minuman yang dapat mengiritasi mukosa lambung.
c.
Gunakan
teknik relaksasi.
|
||||||
Rasional
a.
Dengan
mengkaji tingkat nyeri klien dapat mempermudah dalam memberikan tindakan
keperawatan.
b.
Membatasi/menghindari
makanan yang dapat mengiritasi lambung, menurunkan resiko pendarahan
gaster/ulkus pada beberapa individu.
c.
Teknik
relaksasi dengan mengalihkan perhatian pasien dapat mengurangi nyeri yang
dirasakan pasien.
|
||||||
B.
Diagnosa
II
|
:
|
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan masukan nutrien yang tidak adekuat.
|
||||
1.
Tujuan
2.
Hasil yang
diharapkan
|
:
:
|
Menjamin masukan nutrisi adekuat.
Pasien menghindari makanan-makanan pengiritasi atau
minuman yang mengandung kafein atau alkohol.
|
||||
Intervensi
a.
Dukungan
fisik dan emosional diberikan dan pasien dibantu untuk menghadapi
gejala yang dapat mencakup mual, muntah, sakit uluhati dan kelelahan.
b.
Makanan
dan cairan tidak diijinkan melalui mulut selama beberapa jam atau beberapa
hari sampai gejala akut berkurang.
c.
Bila
terdapat terapi intravena pemberiannya dipantau secara teratur.
d.
Hindari
minum yang mengandung kafein
e.
Penggunaan
alkohol dihindari
f.
Pasien
disarankan untuk mengurangi/menghindari merokok
|
||||||
Rasional
a.
Membantu
klien untuk mengurangi stres yang timbul akibat dari penyakit yang diderita.
b.
Memberikan
istirahat pada traktus gastrointestinal selama fase akut/kronis sampai
kembali berfungsi normal.
c.
Memenuhi
kebutuhan cairan/nutrisi sampai masukan oral dapat dimulai, indikator
kebutuhan cairan/nutrisi dan keefektifan terapi dan menghindari terjadinya
komplikasi.
d.
Kafein
dapat mempengaruhi sistem saraf pusat yang dapat meningkatkan aktifitas
lambung dan sekresi pepsin.
e.
Zat yang
terkandung di dalam alkohol dapat mengiritasi lambung.
f.
Zat yang
terkandung di dalam rokok yaitu nikotin akan mengurangi sekresi bikarbonat
pankreas dan dapat menghambat netralisasi asam lambung dalam duodenum.
Nikotin juga dapat meningkatkan aktivitas otot dalam usus yang dapat
menimbulkan mual dan muntah.
|
||||||
C.
Diagnosa
III
|
:
|
Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan
masukan cairan tidak cukup dan kehilangan cairan berlebihan karena muntah.
|
||||
1.
Tujuan
2. Hasil yang
diharapkan
|
:
:
|
Mempertahankan keseimbangan cairan.
Mempertahankan keseimbangan cairan :
a.
Mentoleransi
terapi intravena sedikitnya 1,5 liter setiap hari.
b.
Minum 6-8
gelas setiap hari
c.
Mempunyai
keluaran urine kira-kira 1 liter setiap hari.
d.
Menunjukkan
turgor kulit yang adekuat.
|
||||
3.
Intervensi
a.
Pantau
masukan dan keluaran cairan setiap hari.
b.
Pantau
nilai elektrolit.
c.
Waspada
terhadap adanya indiator gejala hemoragik.
d.
Ikuti
pedoman penatalaksanaan pendarahan saluran gastrointestinal.
|
||||||
4.
Rasional
a.
Haluan dan
masukan cairan setiap hari dipantau untuk mendeteksi tanda-tanda awal
dehidrasi.
b.
Nilai
elektrolit perlu dikaji setiap 24 jam untuk mendeteksi indikator awal
ketidakseimbangan.
c.
Untuk
menghindari metastase penyakit yang menimbulkan hematemesis, takikardia dan
hipotensi.
d.
Untuk
menghindari kesalahan dalam melakukan tindakan yang dapat menyebabkan
terjadinya syok.
|
||||||
D.
Diagnosa
IV
|
:
|
Ansietas
berhubungan dengan pengobatan
|
||||
1.
Tujuan
2.
Hasil yang
diharapkan
|
:
:
|
Mengurangi ansietas
Menunjukkan berkurangnya ansietas
|
||||
3.
Intervensi
Keperawatan
a.
Bila
mencerna asam atau alkali, lakukan tindakan darurat.
b.
Persiapan pasien
untuk pemeriksaan diagnostik endoskopi atau pembedahan.
c.
Jelaskan
semua prosedur dan pengobatan sesuai tingkat pemahaman pasien.
4.
Rasional
a.
Menghindari
stres pasien yang berkelanjutan.
b.
Membantu
klien untuk menekan tingkat kecemasan yang dirasakan.
c.
Dengan
mengetahui prosedur dan pengobatan klien dapat mempersiapkan diri baik fisik
maupun mental.
|
||||||
E.
Diagnosa V
|
:
|
Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan diet dan
proses penyakit.
|
||||
1.
Tujuan
|
:
|
Meningkatkan
kesadaran tentang penatalaksanaan diet.
|
||||
2.
Hasil yang
diharapkan
|
:
|
Mematuhi program pengobatan
a.
Memilih
makanan dan minuman bukan mengiritasi.
b. Menggunakan obat-obatan sesuai
resep.
|
||||
3.
Intervensi
a.
Evaluasi
pengetahuan pasien tentang gastritis.
b.
Pasien
diberi daftar zat-zat untuk dihindari.
c.
Obat-obatan
diberikan sesuai resep.
d.
Jelaskan
tentang pola makan.
4.
Rasional
a.
Memudahkan
dalam memberikan tindakan keperawatan.
b.
Untuk
menghindari/mencegah terjadinya gastritis berulang dikarenakan mengkonsumsi
zat-zat yang dapat mengiritasi mucosa lambung.
c.
Mempercepat
proses penyembuhan dan menghindari obat-obatan yang dapat mengiritasi
lambung.
d.
Pola makan
yang teratur dapat mempercepat penyembuhan dan meminimalkan timbulnya
penyakit gastritis.
|
||||||
D.
Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan
pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat
untuk memonitor “kealpaan” yang terjadi selama pengkajian, analisa,
perencanaan,
dan pelaksanaan tindakan (Ignatavicus dan Bayne, 1994). (Nursalam, 2001. Hal : 17).
0 Response to " ASUHAN KEPERAWATAN pada GASTRITIS "
Posting Komentar