LAPORAN PENDAHULUAN GASTRITIS



KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin , segala puji dan syukur kehadirat allah SWT yang telah melimpahkan karunianya kepada kami sehingga bahan untuk melaksanakan seminar dan untuk memenuhi target yang telah ditentukan oleh pembimbing .
Laporan pendahuluan yang berisi tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala, patofisiologi, pemeriksaan penunjang, pengkajian, komplikasi/ penatalaksanaaan, diagnosa keperawatan pada suatu penyakit dapat di jadilkan pedoman materi untuk melakukan seminar.
Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan laporan pendahuluan ini, saran dan kritik sangat kami harapkan.





Penulis















DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………1
DAFTAR ISI………………………………………………………………....2
BAB I  PENDAHULUAN
A.    Latar belakang …………………………………………………....3
B.     Tujuan ..............................……………………………………….3
BAB II TINJAUAN TEORI
A.    Pengertian…………………………………………………………4
B.     Etiologi …………………………………………………………...5
C.     Patofisiologi………………………………………………………7
D.    Manisfestasi klinik ………………………………………………..8
E.     Komplikasi………………………………………………………...8
F.      Pemeriksaan penunjang …………………………………………..9
G.    Penatalaksanaan medis dan keperawatan ………………………...10
H.    Farmakologi………………………………………………………...11
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………...14











BAB I
PENDAHULUAN
A.      LATAR BELAKANG
 Gastritis atau lebih dikenal sebagai maag berasal dari bahasa yunani yaitu gastro, yang berarti perut/lambung dan itis yang berarti inflamasi/peradangan. Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada lambung. Biasanya, peradangan tersebut merupakan akibat dari infeksi oleh bakteri yang sama dengan bakteri yang dapat mengakibatkan borok di lambung yaitu Helicobacter pylori. Tetapi faktor-faktor lain seperti trauma fisik dan pemakaian secara terus menerus beberapa obat penghilang sakit dapat juga menyebabkan gastritis.
Pada beberapa kasus, gastritis dapat menyebabkan terjadinya borok (ulcer) dan dapat meningkatkan resiko dari kanker lambung. Akan tetapi bagi banyak orang, gastritis bukanlah penyakit yang serius dan dapat segera membaik dengan pengobatan.
B.       TUJUAN
untuk mengetahui apa pengertian, penyebab, tanda dan gejala, komplikasi dan penatalaksanaan atau pengobatan pada gastritis.












BAB II
PEMBAHASAN

A.      PENGERTIAN GASTRITIS
Gastritis adalah inflamasi mukosa lambung (Kapita Selekta Kedokteran, 2001). Gastritis adalah suatu peradangan lokal atau menyebar pada mukosa lambung yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan (J. Reves, 1999). Gastritis adalah peradangan mukosa lambung yang bersifat akut, kronik, difus dan lokal yang disebabkan oleh makanan, obat – obatan, zat kimia, stres, dan bakteri.

B.       ETIOLOGI & FAKTOR RESIKO
Beberapa penyebab yang dapat mengakibatkan terjadinya gastritis antara lain :
1.        Infeksi bakteri
Bakteri masuk melalui makanan/udara/zat zat lain yang terkontaminasi oleh bakteri H.Pylori melalui mulut sampai ke lambung (gaster) bakteri tersebut hidup dalam lapisan mukosa yang melapisi dinding lambung, bakteri tersebut akan merusak lapisan pelindung dinding lambung sehingga terjadi athropi gastritis, dimana kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung secara perlahan rusak yang menjadi tingkat asam lambung rendah yang dapat mengakibatkan racun-racun yang dihasilkan oleh kanker tidak dapat dihancurkan atau dikeluarkan secara sempurna dari lambung sehingga meningkatkan resiko (tingkat bahaya) dari kanker lambung.
Bakteri ini juga sebagai penyebab utama terjadinya peptic ulcer dan tersering sebagai penyebab gastritis.



2.        Pemakaian obat penghilang nyeri secara terus menerus
Obat analgesik anti inflamasi nonsteroid (AINS) seperti aspirin, ibuprofen dan naproxen masuk ke dalam lambung → obat bereaksi mengurangi prostaglandin (fungsi prostaglandin yaitu melindungi dinding lambung) → infiltrasi sel-sel radang → atrofi progresif sel epitel kelenjar mukosa → kehilangan sel parietal & chief sel → dinding lambung menipis → peradangan. Pemakaian yang berlebihan dapat mengakibatkan gastritis dan peptic ulcer.
3.        Penggunaan alkohol secara berlebihan
Alkohol masuk ke dalam lambung → dapat mengiritasi dan mengikis mukosa pada dinding lambung dan membuat dinding lambung lebih rentan terhadap asam lambung walaupun pada kondisi normal sehingga terjadi peradangan pada lambung.
4.        Penggunaan kokain
Kokain dapat merusak lambung → mengiritasi dinding lambung dan menyebabkan pendarahan dan gastritis.
5.        Stress fisik
Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau infeksi berat dapat menyebabkan gastritis dan juga borok serta pendarahan pada lambung.
6.        Kelainan autoimmune
Autoimmune atrophic gastritis terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehat yang berada dalam dinding lambung. Hal ini mengakibatkan peradangan dan secara bertahap menipiskan dinding lambung, menghancurkan kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung dan menganggu produksi faktor intrinsic (yaitu sebuah zat yang membantu tubuh mengabsorbsi vitamin B-12). Kekurangan B-12, akhirnya, dapat mengakibatkan pernicious anemia, sebuah kondisi serius yang jika tidak dirawat dapat mempengaruhi seluruh sistem dalam tubuh. Autoimmune atrophic gastritis terjadi terutama pada orang tua.
7.        Crohn's disease
Walaupun penyakit ini biasanya menyebabkan peradangan kronis pada dinding saluran cerna, namun kadang-kadang dapat juga menyebabkan peradangan pada dinding lambung. Ketika lambung terkena penyakit ini, gejala-gejala dari Crohn's disease (yaitu sakit perut dan diare dalam bentuk cairan) tampak lebih menyolok daripada gejala-gejala gastritis.
8.        Radiasi dan kemoterapi
Perawatan terhadap kanker seperti kemoterapi dan radiasi dapat mengakibatkan peradangan pada dinding lambung yang selanjutnya dapat berkembang menjadi gastritis dan peptic ulcer. Ketika tubuh terkena sejumlah kecil radiasi, kerusakan yang terjadi biasanya sementara, tapi dalam dosis besar akan mengakibatkan kerusakan tersebut menjadi permanen dan dapat mengikis dinding lambung serta merusak kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung.
9.        Penyakit bile reflux
Bile (empedu) adalah cairan yang membantu mencerna lemak-lemak dalam tubuh. Cairan ini diproduksi oleh hati. Ketika dilepaskan, empedu akan melewati serangkaian saluran kecil dan menuju ke usus kecil. Dalam kondisi normal, sebuah otot sphincter yang berbentuk seperti cincin (pyloric valve) akan mencegah empedu mengalir balik ke dalam lambung. Tapi jika katup ini tidak bekerja dengan benar, maka empedu akan masuk ke dalam lambung dan mengakibatkan peradangan dan gastritis.

10.    Faktor-faktor lain.
Gastritis sering juga dikaitkan dengan konsisi kesehatan lainnya seperti HIV/AIDS, infeksi oleh parasit, dan gagal hati atau ginjal.

Apabila disimpulkan dari penyebab diatas maka semua itu termasuk dari faktor :
  1. Faktor imunologi
  2. Faktor bakteriologi
  3. Faktor lain seperti : NSAID (aspirin), merokok, alkohol, kafein, stres/ ansietas, refluk usus-lambung, bahan kimia.
C.       Patofisiologi Gastritis 
 
D.      Manifestasi Klinis
1.        Gastritis akut :
a.       Ulserasi superficial yang menimbulkan hemorragie
  1. Ketidaknyamanan abdomen (mual, anoreksia)
  2. Muntah serta cegukan
  3. Dapat terjadi kolik dan diare
  4. Peningkatan Suhu Tubuh
  5. Takikardi
2.        Gastritis kronis :
  1. Tipe A : Asimtomatis
  2. Tipe B :
  1. Mengeluh anoreksia
  2. Sakit ulu hati setelah makan
  3. Bersendawa
  4. Rasa pahit dalam mulut
  5. Mual dan muntah
2.        Komplikasi
  1. Gastritis Akut
Komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh gastritis akut adalah perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa hematemesis dan melena, dapat berakhir sebagai syock hemoragik. Khusus untuk perdarahan SCBA, perlu dibedakan dengan tukak peptik. Gambaran klinis yang diperlihatkan hampir sama. Namun pada tukak peptik penyebab utamanya adalah H. pylory, sebesar 100% pada tukak duodenum dan 60-90 % pada tukak lambung. Diagnosis pasti dapat ditegakkan dengan endoskopi.
  1. Gastritis Kronis
Perdarahan saluran cerna bagian atas, ulkus, perforasi dan anemia karena gangguan absorpsi vitamin B12.

3.        Pemeriksaan Penunjang
  1. Pemeriksaan darah. Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibodi H. pylori dalam darah. Hasil tes yang positif menunjukkan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya, tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia, yang terjadi akibat pendarahan lambung akibat gastritis.
  2. Pemeriksaan feces. Tes ini memeriksa apakah terdapat H. pylori dalam feses atau tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah dalam feces. Hal ini menunjukkan adanya pendarahan pada lambung.
  3. Endoskopi saluran cerna bagian atas. Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar-X. Tes ini dilakukan dengan cara memasukkan sebuah selang kecil yang fleksibel (endoskop) melalui mulut dan masuk ke dalam esophagus, lambung dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu dimati-rasakan (anestesi) sebelum endoskop dimasukkan untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani tes ini. Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit sampel (biopsy) dari jaringan tersebut. Sampel itu kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Tes ini memakan waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika tes ini selesai, tetapi harus menunggu sampai efek dari anestesi menghilang, kurang lebih satu atau dua jam. Hampir tidak ada resiko akibat tes ini. Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat menelan endoskop.
  4. Ronsen saluran cerna bagian atas. Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum dilakukan ronsen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika di ronsen.
4.        Penatalaksanaan Gastritis
Penatalaksanaan gastritis secara umum adalah menghilangkan faktor utama yaitu etiologinya, diet lambung dengan porsi kecil dan sering, serta Obat-obatan. Namun secara spesifik dapat dibedakan sebagai berikut :
1.        Gastritis Akut :
  1. Pantang minum alkohol dan makan sampai gejala-gejala menghilang; ubah menjadi diet yang tidak mengiritasi.
  2. Jika gejala-gejala menetap, mungkin diperlukan cairan IV.
  3. Jika terdapat perdarahan, penatalaksanaannya serupa dengan hemoragie yang terjadi pada saluran gastrointestinal bagian atas.
  4. Jika gastritis terjadi akibat menelan asam kuat atau alkali, encerkan dan netralkan asam dengan antasida umum, misalnya aluminium hidroksida, antagonis reseptor H2, inhibitor pompa proton, antikolinergik dan sukralfat (untuk sitoprotektor).
  5. Jika gastritis terjadi akibat menelan basa kuat, gunakan sari buah jeruk yang encer atau cuka yang di encerkan.
  6. Jika korosi parah, hindari emetik dan bilas lambung karena bahaya perforasi.
2.        Gastritis Kronis :
  1. Modifikasi diet, reduksi stress, dan farmakoterapi.
  2. H. phylory mungkin diatasi dengan antibiotik (mis; tetrasiklin atau amoxicillin) dan garam bismuth (pepto bismol)
5.        Farmakologi
  1. Terapi terhadap asam lambung
Asam lambung mengiritasi jaringan yang meradang dalam lambung dan menyebabkan sakit dan peradangan yang lebih parah. Itulah sebabnya, bagi sebagian besar tipe gastritis, terapinya melibatkan obat-obat yang mengurangi atau menetralkan asam lambung seperti :
  1. Antasida. Antasida merupakan obat bebas yang dapat berbentuk cairan atau tablet dan merupakan obat yang umum dipakai untuk mengatasi gastritis ringan. Antasida menetralisir asam lambung dan dapat menghilangkan rasa sakit akibat asam lambung dengan cepat.
  2. Penghambat asam. Ketika antasida sudah tidak dapat lagi mengatasi rasa sakit tersebut, dokter kemungkinan akan merekomendasikan obat seperti cimetidin, ranitidin, nizatidin atau famotidin untuk mengurangi jumlah asam lambung yang diproduksi.
  3. Penghambat pompa proton. Cara yang lebih efektif untuk mengurangi asam lambung adalah dengan cara menutup “pompa” asam dalam sel-sel lambung penghasil asam. Penghambat pompa proton mengurangi asam dengan cara menutup kerja dari “pompa-pompa” ini. Yang termasuk obat golongan ini adalah omeprazole, lansoprazole, rabeprazole dan esomeprazole. Obat-obat golongan ini juga menghambat kerja H. pylori.
  4. Cytoprotective agents. Obat-obat golongan ini membantu untuk melindungi jaringan-jaringan yang melapisi lambung dan usus kecil. Yang termasuk ke dalamnya adalah sucraflate dan misoprostol. Jika meminum obat-obat AINS secara teratur (karena suatu sebab), dokter biasanya menganjurkan untuk meminum obat-obat golongan ini. Cytoprotective agents yang lainnya adalah bismuth subsalicylate yang juga menghambat aktivitas H. pylori.
  1. Terapi terhadap H. Pylori
Terdapat beberapa regimen dalam mengatasi infeksi H. pylori. Yang paling sering digunakan adalah kombinasi dari antibiotik dan penghambat pompa proton. Terkadang ditambahkan pula bismuth subsalycilate. Antibiotik berfungsi untuk membunuh bakteri, penghambat pompa proton berfungsi untuk meringankan rasa sakit, mual, menyembuhkan inflamasi dan meningkatkan efektifitas antibiotik.
Terapi terhadap infeksi H. pylori tidak selalu berhasil, kecepatan untuk membunuh H. pylori sangat beragam, bergantung pada regimen yang digunakan. Akan tetapi kombinasi dari tiga obat tampaknya lebih efektif daripada kombinasi dua obat. Terapi dalam jangka waktu yang lama (terapi selama 2 minggu dibandingkan dengan 10 hari) juga tampaknya meningkatkan efektifitas.
Untuk memastikan H. pylori sudah hilang, dapat dilakukan pemeriksaan kembali setelah terapi dilaksanakan. Pemeriksaan pernapasan dan pemeriksaan feces adalah dua jenis pemeriksaan yang sering dipakai untuk memastikan sudah tidak adanya H. pylori. Pemeriksaan darah akan menunjukkan hasil yang positif selama beberapa bulan atau bahkan lebih walaupun pada kenyataanya bakteri tersebut sudah hilang.















BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Penyakit Gastritis adalah penyakit yang menyerang bagian organ dalam kita yaitu lambung. Penyakit Gastritis dapat di hindari asalkan pola makan kita teratur. Pemeriksaan penyakit gastritis atau radang lambung dapat di lakukan dengan endoskopi dan biopsy (penganbilan contoh lapisan lambung untuk diperiksa dibawah mikroskop).. Stres dapat berpengaruh juga terhadap penyakit gastritis atau radang lambung.

B.       Saran
Pola makan haruslah teratur,guna mencegah penyakit gastritis atau radang lambung. Hindarilah makanan-makanan yang bertekstur keras dan makanan pedas, asem, dan yang mengandung alcohol. Hindarilah makanan yang berlemak karena dapat merangsang perut mual.










DAFTAR PUSTAKA

Baughman, Diane C. (2000). Keperawatan Medikal-Bedah ; buku saku untuk Brunner dan Suddarth, EGC, Jakarta.

Carpenito, Lynda Juall. (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan, Ed. 2, EGC, Jakarta

Corwin, Elizabeth J. (2000). Buku saku Patofisiologi, EGC, Jakarta

Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth, Ed.8, EGC, Jakarta.






Powered by Blogger